Sunday, June 30, 2019

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku 

Sebelumnya perkenalkan dulu nama saya Baim (Samaran), saya sekarang berprofesi sebagai seorang konsultan di Kota S. Bagi para pembaca yang memerlukan jasa konsultasi penulisan ilmiah (skripsi/thesis) bisa kontak e-mail saya, pasti akan saya bantu sampai selesai. Okay.. saya akan memulai menceritakan pengalaman saya waktu masih kuliah dahulu.

Hari itu adalah malam Jum’at Pon.. kira-kira 7 tahun yang lalu. Hari itulah awal yang merubah kehidupanku, dari seorang mahasiswa yang lurus-lurus saja.. pokoknya serba lurus deh! Apalagi kalau si kecil lagi tegang.. wah lurus sekali! Ha..ha..ha..

Waktu itu aku masih kuliah di satu-satunya PTN yang ada di kota S. Sebagai seorang anak rantau aku kost di belakang kampus yang cukup jauh dari keramaian. Pertimbanganku untuk memilih kost di tempat itu adalah di samping harganya murah, aku juga berharap dapat menghindari godaan keramaian yang ditawarkan kota S itu. Maklum misiku ke kota S ini adalah untuk menimba ilmu demi masa depan. Berkali-kali orang tuaku menyuruhku agar hidup prihatin.. karena mereka pun harus hidup prihatin demi menyekolahkanku.

Dengan memilih tempat itu rasanya aku sudah berusaha memenuhi permintaan orang tuaku, yaitu agar hidup prihatin. Namun ternyata nasib membawaku lain dan melenceng dari misi semula ini.

Sudah dua tahun aku kost di daerah itu, sehingga aku sudah kenal baik dengan semua masyarakat penghuni kampung itu. Aku sudah dianggap sebagai warga karena kesupelanku dalam bergaul. Nah dari kesupelanku itulah aku sudah terbiasa bercanda dengan setiap penduduk dari anak kecil hingga nenek-nenek.

Suatu hari pada saat liburan semester, aku tinggal di tempat kost sendiri karena memang aku tidak pulang maklum aku aktif di kegiatan kampus. Waktu itu sedang musim kemarau sehingga banyak sumur penduduk yang kering, hanya sumur di tempat kost ku itulah yang masih cukup banyak airnya sehingga banyak tetangga yang ikut minta air dan bahkan ikut mandi di kost-ku. Dan diantara mereka ada satu tetanggaku yang waktu itu umurnya mungkin hanya terpaut 7 atau 8 tahun di atasku, namanya Tante Nina (samaran). Perawakannya sedang tidak begitu tinggi (tingginya sekitar 158 – 160 Cm), tetapi bodynya tidak kalah dengan pesenam aerobik deh. Kulitnya sawo matang khas wanita Jawa dan wajahnya manis sekali, terutama pada saat tersenyum.. aduh makk!

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku

Dia sudah punya suami dan dua orang anak yang masih kecil yang pada saat itu umurnya baru 4 dan 2 tahunan. Dia berjualan barang-barang kelontong di dekat kost-ku. Nah suatu hari.. seperti biasa pagi pagi sekali Tante Nina ketok-ketok pintu tempat kost ku..biasa mau ikutan ambil air dan sekaligus mandi.

“Dik.. Dik.. cepet tolong bukain pintunya!” dia berteriak agak tak sabaran.

“Iya bentar Tante ..” jawabku sambil setengah mengantuk.

“Kok lama banget to Dik..” suaranya terdengar tak sabar.

“Ada apa sih Tante kok nggak sabar sekali?” tanyaku saat kubuka pintu untuknya.

Wajahnya nampak meringis menahan sesuatu. Rupanya dia sudah mulas dan hendak buang hajat dari tadi.

“Anu Dik.. aku sakit perut nih” Katanya agak malu.

Begitu pintu terbuka ia langsung lari terbirit-birit masuk KM dan membanting pintu. Rupanya sang beban sudah hampir keluar.. pikirku.

“Sorry ya Dik.. tadi Tante nggedor-nggedor”, katanya.

“Habis perut Tante udah mulas dan di rumah nggak ada air.. itu lho bapaknya anak-anak semalam enggak pulang jadi Tante belum sempat ngisi air di rumah.. maafin Tante ya”.

“Ah enggak apa-apa kok Tante , saya malah harus berterima kasih udah dibangunin sama Tante .”

Sejak itu hubunganku dengan Tante Nina jadi tambah akrab. Hingga pada suatu siang, aku ingat hari Kamis, Tante Nina datang ke tempat kostku. Siang itu ia kelihatan manis sekali dengan memakai baju kaos lengan panjang warna krem ketat yang mencetak tubuhnya.

“Eh Dik Baim.. hari ini ada acara enggak?” tanyanya begitu kutemui di teras depan.

“Mm.. kayaknya enggak Tante .. memang ada apa Tante ?” tanyaku agak penasaran.

“Anu Dik.. kalau tidak keberatan nanti adik Tante ajak pergi ke Gml mencari bapaknya anak-anak, Dik Baim enggak keberatan kan?”

“Lho memangnya Mas Gun disana di rumah siapa Tante ?” tanyaku semakin penasaran.

“Anu Dik.. katanya orang-orang Mas Gun sudah punya istri simpanan di sana.. jadi Tante mau melabrak.. tapi Tante nggak berani sendirian.. jadi Tante minta tolong Dik Baim nganter Tante ke sana”.

“Baiklah Tante .. tapi saya enggak mau ikut campur dengan urusan Tante lho” kataku menyanggupi permintaannya.

Sorenya kami berdua dengan sepeda motor milik Tante Nina berboncengan kearah Gml, + 27 KM sebelah utara kota S arah ke Pwd. Tante Nina membawa sebuah tas yang cukup besar. Aku jadi curiga, tetapi tetap diam saja.. pokoknya wait and see lah prinsipku. Kami tak banyak bicara saat dalam perjalanan. Hingga setelah sampai ke Gml aku baru bertanya letak rumahnya.

“Oh.. itu.. itu masih terus ke utara Dik..” jawabnya agak tergagap.

Kecurigaanku makin mendalam tetapi tetap diam saja sambil kuikuti permainannya.

“I’ll follow the game” begitu pikirku, toh tidak ada ruginya dengan wanita yang cukup menarik ini.

Kami terus ke utara hingga sampai ke tempat dimana terdapat gerbang bertuliskan “Obyek Wisata Gn Kmks”.

“Lho kok ke sini to Tante .. apa enggak kebablasan?” Tanyaku agak bingung.

“Anu.. anu sebenarnya Tante enggak mencari Mas Gun kok Dik.. tapi Tante mau ziarah ke sini..” Jawabnya agak khawatir kalau aku marah.

Aku kasihan juga melihatnya saat itu yang begitu ketakutan. Aku Cuma menghela napas.. tapi tidak ada ruginya kok bagiku. Toh Tante Nina orangnya cukup manis dan menarik jadi berlama-lama berdekatan dengannya juga tidak rugi pikirku menghibur diri.

Sigkat cerita aku dan Tante Nina mengikuti ritual yang harus dilakukan di sana. Ternyata bukan hanya kami berdua yang ada di sana. Ratusan bahkan mungkin ribuan orang datang ke sana sore itu. Semuanya mempunyai tujuan yang sama “Berziarah” (atau berzinah barangkali lebih tepatnya). Soalnya yang aku dengar kalau berziarah ke sana untuk mencari berkah harus berpasangan yang bukan suami-istri dan harus “Tidur” bersama di sekitar cungkup (makam) yang ada di sana. (Mungkin ini ritual mencari kekayaan yang paling nikmat di dunia.. he.. he.. he)!

Setelah mengikuti berbagai ritual dan prosesi, selesailah sudah acara mohon berkah. Sekarang tinggal ‘finishing’-nya, yaitu tidur bersama! Aku sendiri menjadi panas dingin membayangkan aku harus tidur dengan seorang wanita! Gila.. ini benar-benar pengalaman pertama bagiku. Seumur umur belum pernah berdekatan dengan wanita.. apalagi harus tidur bersama! Dan katanya harus 7 kali malam Jum’at berturut-turut pula! Gila! Benar-benar tur gila.. asyiik!

“Eh Dik Baim sudah punya pacar belum?” tanya Tante Nina memecah kesunyian.

“Eh.. mm. anu.. bbel.. belum Tante ” jawabku agak tergagap soalnya lagi ngelamun yang lain lagian pikiranku sedang bingung.

Tante Nina mungkin tahu apa yang kurasakan jadi dia Cuma diam saja dan menggandengku mencari tempat untuk menggelar tikar (Rupanya Tante Nina sudah mempersiapkan segalanya dari rumahnya.. sontoloyo makiku dalam hati, tapi aku juga senang juga membayangkan mau tidur dengan wanita semanis Tante Nina ini).

Rupanya mencari tempat yang “Sesuai” (dalam artian sepi dan aduhai) di sekitar cungkup pada malam itu susah juga. Aku yang baru kali itu mengunjungi Gn Kmks takjub sekali dengan pemandangan yang kulihat disana. Bukan keindahan alamnya yang kukagumi, tetapi begitu banyaknya pasangan yang memenuhi lokasi sekitar cungkup bak ikan bandeng dijajar-jajar. Gilanya semua mungkin bukan pasangan suami-istri yang sah (Kalau boleh kukatakan ini namanya “Perzinahan masal” bukannya “Perziarahan masal”).

Cukup lama kami mencari tempat untuk bermalam di tempat terbuka. Rupanya malam Jum’at Pon ini adalah hari “Raya”-nya Gn Kmks. Ramainya mungkin malah melebihi keramaian di Kota S. Dan semua pasangan itu rela “Tidur” bersama di tempat terbuka berjajar-jajar tanpa sekat pelindung yang membatasi privasi dengan pasangan lain di sebelahnya. Akhirnya setelah cukup lama mondar-mandir melewati jalan setapak nan gelap dan di kanan-kirinya bergelimpangan pasangan yang sedang melakukan “Laku” tidur bersama, kami menemukan tempat yang kami anggap ’sesuai’ bagi kami.

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku

“Disini saja Dik Baim.. tempatnya masih longgar” kata Tante Nina sambil melepas gandengannya dan mulai menggelar tikar yang dibawanya. Di sebelah kanan dan kiriku ada pula pasangan yang sudah terlebih dahulu menempati kapling mereka. Jadi aku dan Tante Nina termasuk datang agak terlambat. Setelah basa-basi sejenak dengan tetangga kanan-kiri kami pun rebahan sambil berpelukan dalam gelap di tempat terbuka lagi.

Aku yang masih lugu tak tahu harus berbuat apa. Soalnya seumur-umur baru kali inilah aku memeluk seorang wanita dewasa. Tanganku diam saja sementara debar jantungku tak teratur. Tante Sum yang semula hanya memeluk, perlahan-lahan mulai mengelus dadaku salah satu pahanya ditumpangkannya di atas pahaku. Kontan saja batang kemaluanku mengeras.. tapi aku tak berani berbuat apa-apa. Saat itu kurasakan kalau tubuh bagian bawah Tante Nina terbungkus sarung, karena salah satu pahanya menindih pahaku.

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku 

Napasku semakin memburu dan jantungku berdebar kian keras saat ia mulai meraba-raba puting dadaku.

“Dik ikutan masuk sarung aja biar hangat” bisiknya pelan seolah takut terdengar pasangan yang ada di samping kami.

“Ba.. baik Tante ..” Jawabku juga pelan.

Lalu dengan hati-hati sekali aku mulai ikut memasukkan tubuh bagian bawahku ke sarung yang dipakai Tante Nina. Jadi sekarang satu sarung berdua..!

Aku sangat terkejut saat tubuh bagian bawahku masuk ke dalam sarung. Ternyata Tante Nina tidak memakai selembar ain pun pada tubuh bagian bawahnya. Celana panjang yang tadi dipakainya sekalian celana dalamnya rupanya sudah dilepaskannya secara diam-diam saat mengenakan sarung tadi. Aku jadi serba salah, mau gerak tak berani mau diam kok seperti ini..! Batang kemaluanku yang dari tadi sudah keras menjadi semakin keras memberontak dalam celanaku. Apalagi tanpa dapat kucegah tangan Tante Nina mulai meraba-raba batang kemaluanku dari luar celanaku. Napasku kian memburu mendapat perlakuan seperti itu.

“Ayoo.. pegang dada Tante .. Dik..” bisik Tante Nina dengan napas yang juga sudah mulai memburu.

Aku dengan terpaksa (karena gak kuat menahan napsu..) mulai menggerakkan tanganku dan meraba-raba dada Tante Nina dari luar gaunnya.. Kurasakan dadanya begitu sekal dan kenyal.. mungkin semua wanita begitu kali ya.. Napas kami semakin memburu tangan kami saling meraba dalam gelap.. (Mungkin.. ini yang dimaksud dengan peribahasa ’sedikit bicara banyak bekerja’ kali ya..? pinter juga tuh orang yang bikin peribahasa ini.. atau mungkin dia nemu peribahasa gini saat lagi begituan kali!)

Napasku seolah terhenti saat tiba-tiba batang kemaluanku sudah digenggam Tante Nina dan dielus-elus dengan lembutnya.. luar biasa.. benar-benar pengalaman terhebat yang pernah aku rasakan saat itu! Tubuhku meliuk-liuk menahan nikmat yang tiada tara saat tangan halus Tante Nina mengurut dan meremas batang kemaluanku.. kedua biji pelirku pun dielusnya dengan penuh kasih sayang.. aduh makk!

“Tante .. ahkk..” bisikku pelan-pelan tanpa berani bersuara keras-keras..

“Masukkan tanganmu Dik.. remas tetek Tante .. ayoo..” bisik Tante Sum yang menyadarkanku.

Sebenarnya tanpa disuruh pun aku sudah ingin meraba langsung bukit menggairahkan itu. Segera dengan semangat 45 (Ini kan jamannya tujuh-belas Agustusan) bak pejuang kita dahulu, aku menyusupkan tanganku ke dalam kaos ketatnya dari bagian bawah dan mulai mencari-cari bukit kenyal di dada Tante Nina. Tanganku terus meraba dan bergerak liar di dalam kaus Tante Nina dan terpeganglah apa yang kudaTante an. Kusibak BH yang masih menempel dan tanganku bergerak liar di balik BH itu. Begitu gemas rasanya aku meremas dan meraba (boso jowone “Ngowol”) kedua bukit kembar itu bergantian.

“Och.. ter.. terushh.. Dikk.. ouch..” Kudengar Tante Sum berbisik pelan sekali ditelingaku dengan napas yang semakin memburu.

“Ayo lepaskan celanamu itu Dik..” bisiknya lagi.

Dengan hati berdebar keras membayangkan apa yang akan terjadi kuturuti permintaan Tante Nina. Kuhentikan aktivitasku di dada Tante Nina dan melepas celanaku pelan sekali. Soalnya takut ketahuan tetangga di sebelahku, yang sempat kulirik mereka juga sedang krusak-krusuk sendiri dalam gelap. Aku tahu itu dari bunyi kain yang bergeser-geser. Setelah melepas celanaku dan menyimpannya di tas Tante Nina aku mulai beraktivitas lagi.. dan Tante Nina juga. Kami saling meraba lagi. Batang kemaluanku yang sudah sangat keras (dalam bahasa Jawanya ‘ngaceng berat’) diurut dan diremas dengan lembut oleh Tante Sum.. menimbulkan rasa geli yang luar biasa.. Aku sempat tak bisa bernapas merasakan hal ini..

Tanganku pun sekarang mulai berani bergerak sendiri. Sasaranku sekarang adalah bagian bawah Tante Nina. Dari perutnya yang sudah agak gendut sedikit tanganku bergeser turun dan tersentuhlah gumpalan rambut pekat di selangkangan Tante Nina.

“Terushh.. Dikk.. hhkk, ya.. itt.. itu..” bisik Tante Nina sambil terus menjilat lubang telingaku.

Tanganku terus menyisir celah celah di tengah rimbunan rambut itu yang sudah basah dan panas. Celah itu kurasakan begitu licin dan basah.. lalu dengan rasa ingin tahu.. kumasukkan jari ku di tengah-tengah celah sempit itu. Aku kaget.. karena tiba-tiba jariku seolah tersedot dan terdorong oleh gerakan celah di selangkangan Tante Nina itu. Dengan naluri alami tanganku mulai meraba dan meng’obok-obok’ selangkangan Tante Nina yang semakin basah. (Jadi bukan cuma Yoshua yang bisa ‘ngobok-obok’ aku juga bisa kok! Hayoo siapa diantara pembaca (cewek tentunya) yang mau di ‘obok-obok’ silakan kirim e-mail!)

Tante Nina semakin kelimpungan saat jari-jariku yang nakal mulai memasuki liang hangat dan basah di selangkangan Tante Nina. Jariku terus bergerak masuk ke celah-celah hangat dan licin itu hingga sampai pangkal.. dengan cepat kuhentak tarik keluar.. srett.. Tante Nina hampir memekik kalau tidak buru-buru menggigit leherku saat kutarik jariku dengan cepat dari jepitan liang kemaluannya. Lalu pelan-pelan kudorong jariku masuk dalam jepitan kehangatan liang kemaluan Tante Nina, kutarik lagi cepat dan kodorong pelan-pelan.. begitu terus kulakukan berulang ulang hingga akhirnya Tante Nina berkelejat dan tubuhnya seolah tersentak.

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku

“Ohk.. shh.. akhh” bisik Tante Nina sambil terus menggigit keras leherku.

Karena kukira Tante Nina merintih kesakitan, spontan kuhentikan gerakan jariku.

“Terush.. Dikk.. ter.. ouch..” rintihnya pelan sekali saat kuhentikan gerakan jariku di liang hangat diselangkangannya yang semakin licin oleh lendir yang keluar dari liang kemaluannya.

Mendengar permintaannya, otomatis jariku mulai bergerak semakin liar di dalam kehangatan liang kemaluan Tante Nina yang semakin berlendir dan licin. Tubuhnya meliuk liuk dan tersentak berkejat-kejat seiring dengan gerakanku. Gerakannya semakin lama-semakin lemah dan berhenti.. jariku tetap terjepit kehangatan liang kemaluannya, lalu kedua tangan Tante Nina memegang kedua pipiku dan diciumnya bibirku dengan mesra sekali.

“Kamu pintar Dik..” bisiknya mesra.

“Tante rasanya seolah mengawang tadi”

“Kukira tadi Tante Nina kesakitan.. makanya kuhentikan gerakanku” bisikku

“Enggak.. Tante enggak sakit kok.. justru nikmat sekali..” bisiknya manja.

“Sekarang biar Tante yang gantian memuaskan kamu” balasnya.

Kemudian dengan pelan, karena takut ketahuan pasangan di sebelah (Yang aku yakin juga sedang melakukan hal yang sama dengan kami!) Tante Nina mulai menaiki tubuhku. Dikangkangkannya kakinya dan dipegangnya batang kemaluanku yang sudah ngaceng berat seperti meriamnya Pak tentara yang siap menggempur GAM. Lalu digesek-gesekkannya palkonku (kepala kontol ‘palkon’) di celah hangat di selangkangannya yang sudah sangat licin dan basah.

“Hkk..” napasku seolah terhenti saat batang kemaluanku mulai terjepit erat dalam kehangatan liang kemaluan Tante Nina.

Sensasi terhebat dalam hidupku! Dan barangkali inilah awal sejarah hilangnya keperjakaanku! Yang selanjutnya akan merubah kehidupanku! (Akan kuceritakan kelak).

Dengan pelan tetapi pasti.. alon-alon asal kelakon.. batang kemaluanku mulai menyeruak masuk dalam jepitan kehangatan liang kemaluan Tante Nina. Mataku terbeliak menahan nikmat yang tiada tara.. (Mungkin inilah yang namanya sorga dunia ya?).

“Tante ..” bisikku di telinga Tante Nina, “Geli Tante k”

“Hushh.. diam saja nikmati saja” balas Tante Nina mesra.

Aku menggigit bibir menahan nikmat yang tiada tara. Tante Nina terus berkutat di atas perutku, bergoyang dan berputar pelan. Hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku tertelan dalam kehangatan liang kemaluan Tante Nina. Seluruh batang kemaluanku masuk sampai ke pangkalnya sampai kurasakan palkonku menumbuk sesuatu di dalam sana. Tante Nina pun mungkin merasakan hal yang sama denganku, kutahu itu dari napasnya yang tersengal-sengal.

Gesekan demi gesekan dari kedua kemaluan kami menghangatkan dinginnya malam di Gn Kmks itu. Kami sudah tidak peduli lagi dengan pasangan-pasangan lain di sekitar kami. Yang kami tahu adalah bagaimana mereguk nikmat dan menuntaskan hasrat yang sudah hampir mencapai klimaksnya.

Tante Nina terus bergerak pelan. Lama-lama gerakannya sudah mulai tidak teratur dan kurasakan Tante Sum menggigit leherku lagi. Aku pun hampir saja berteriak menahan sesuatu yang hampir meledak dari dalam diriku. Kurasakan dorongan semakin kuat mengehentak bagian bawah perutku.

Gerakan Tante Nina semakin tidak teratur dan gigitannya semakin kencang.

“Ouchkk.. Dikk.. Tante mau kelu.. arrghh” bisiknya sambil tubuhnya mengejat-ngejat di atas perutku.

Akupun sepertinya tidak mampu lagi menahan dorongan yang menghentak dan akhirnya tanpa dapat kupertahankan jebollah sudah pertahananku. Crrt.. crett.. crett.. crett.. crett.. keluarlah lahar panas dari ujung palkonku yang membasahi dan menyiram rahim Tante Nina. Tubuhku seolah melayang dan terhentak seperti terkena arus listrik. Kurasakan puncak sensasi bersetubuh yang ruarr biasa.. Tanganku mencengkeram bongkahan pantat Tante Nina yang masih saja bergerak liar untuk mencoba menghentikannya. Tetapi semakin erat kutahan semakin liar gerakannya hingga aku pasrah saja dan menikmati sensasi semampuku.

“Tante sud.. sudah.. Tante .. ohh” bisikku di telinganya.

Rupanya saat aku mencapai orgasme tadi Tante Nina juga sedang mencapai orgasme sehingga sulit kuhentikan gerakannya.

“Kamu hebat Dikk..” bisiknya mesra sekali.

“Tante puas sekali..”

Kami masih terus berpelukan beberapa saat. Tante Nina masih menindihku dan batang kemaluanku masih erat terjepit dalam liang kemaluannya. Dan secara perlahan kurasakan batang kemaluanku mulai terdorong keluar akibat kontraksi liang kemaluannya..lalu tubuh kami sama-sama tersentak saat batang kemaluanku terlepas sendiri dari jepitan liang kemaluannya. Kami saling berpandangan mesra dan tersenyum.. Duh manisnya Tante Nina kalau tersenyum (Aku membatin andai saja Tante Nina ini jadi istriku betapa bahagianya aku).

“Tante aku kok jadi sayang sekali sama Tante ”.. bisikku mesra.

“Tante juga kok Dik..” balasnya.

“Nanti kita pulangnya mampir dulu istirahat di losmen di depan stasiun Blp.. mau kan?” lanjutnya.

“Mau dong.. masa mau menolak rejeki” jawabku nakal.

“Memang Mas Gun enggak marah?” tanyaku.

“Enggak kok.. malah dia yang nyuruh aku untuk ke sini melakukan ritual.. malahan dia yang memilihkan pasangannya.. ya Dik Baim itu” jawabnya santai.

(Sialan gerutuku dalam hati. Rupanya aku mau dijadikan tumbal pesugihannya! Tapi biarin dah, yang penting nikmatt). Mulai detik itu aku berjanji dalam hati akan mengerjai istrinya habis-habisan atas keputusannya menjadikanku sebagai tumbal pesugihannya. Dan janjiku akan kubuktikan sebentar lagi.

Pagi sekali, kira-kira jam 04.00 pagi satu per satu pasangan yang telah menjalani laku gila ini mulai beranjak pulang. Kami pun ikut pulang ke tempat kami. Dinginnya udara pagi tak kurasakan, karena Tante Nina yang kubonceng memeluk erat tubuhku sepanjang perjalanan. Tubuhku jadi hangat apalagi dada Tante Nina yang kenyal menekan erat punggungku. Kupacu kendaraanku kencang-kencang takut kesiangan. Sementara Tante Nina tetap erat memelukku dan tangannya tak ketinggalan dimasukkan ke dalam celanaku dan meremas-remas batang kemaluanku sepanjang perjalanan itu. Mendapat perlakuan itu, tentu saja adik kecilku bangkit berdiri dan memberontak seolah hendak menyeruak keluar dari sarangnya. Remasan dan pelukan Tante Nina membuatku melupakan dinginnya udara pagi dan lamanya perjalanan dari Gml ke kota S yang kira-kira sejauh 30 Km itu.

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku

Selang setengah jam kemudian kami pun sampai ke kota S, dan kami pun menuju daerah sekitar stasiun Blp untuk mencari penginapan yang “Sesuai” (sepi dan asoy). Setelah berputar-putar beberapa saat, kami pun menemukan sebuah losmen yang cukup bersih dan letaknya agak tersembunyi. Kami memilih kamar yang mempunyai kamar mandi di dalam agar privasi kami lebih terjaga.

Setelah check in aku langsung masuk kamar mandi dan mulai membuka seluruh pakaianku untuk mandi. Sementara itu Tante Nina langsung tiduran sambil menonton acara televisi pagi. Sedang asyik-asyiknya menyabuni tiba-tiba Tante Nina masuk kamar mandi dan sudah telanjang bulat tanpa selembar benangpun yang menutupi tubuhnya yang indah itu. Aku terpana dan tanpa sadar menghentikan kegiatanku. Mulutku melongo menyaksikan pemandangan yang terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Ya.. walaupun kami pernah bersetubuh, tetapi aku belum pernah melihat seluruh tubuhnya sejelas ini. Tadi malam kami bersetubuh dalam gelap dan itupun kami masih terbalut pakaian atas kami masing-masing.

Benar-benar luar biasa pemandangan yang terpampang di hadapanku ini. Walaupun perutnya agak berlemak, namun keindahan tubuh Tante Nina masih sangat mempesona. Kulitnya yang khas wanita Jawa berwarna sawo matang tampak mulus tanpa cacat. Rambutnya yang hitam lurus, sebahu panjangnya tampak indah tergerai. Dan payudaranya yang masih cukup kencang menggantung indah dengan puting yang mencuat kecoklatan. Sedikit turun ke bawah bulu-bulu hitam keriting memenuhi gundukan bukit kecil di bawah perutnya. Luar biasa! Aku sampai melongo dibuatnya. Apalgi tubuhnya tersorot lampu neon dari kamar tidur dan dari kamar mandi sekaligus..

“Lho.. kok mandinya berhenti?” Tanya Tante Nina mengejutkanku hingga membuatku gelagapan.

“Eh.. anu.. eh.. Tante .. kok ma.. masuk kesini Tante ?” tanyaku gagap dan otomatis tanganku menutupi batang kemaluanku yang sudah penuh sabun.

“Kenapa emangnya? Apa enggak boleh mandi bareng-bareng?” katanya santai terus dimintanya sabun yang sedang kupegang.

“Sini Tante mandiin biar bersih!”.

Aku pun mandah saja dan kunikmati elusan tangan Tante Nina yang menyabun seluruh tubuhku. Digosoknya punggungku dengan sabun terus ke bawah hingga pantatku pun tak lupa digosok-gosoknya. Aku merem melek menikmati remasan tangan Tante Nina di kedua belahan buah pantatku.

“Hayo.. sekarang depannya..” tiba-tiba Tante Nina menyuruhku untuk menghadapinya.

Tangannya mengusap leherku terus ke bawah dan beberapa saat memainkan jarinya di kedua tetekku bergantian. Aku menahan napas ketika tangannya terus merayap ke bawah dan mulai menyabuni selangkanganku. Diremasnya batang kemaluanku dengan lembut. Kontan adik kecilku terbangun dan mengeras seketika.

“Lho.. kok terus kencang?” gurau Tante Nina demi melihat batang kemaluanku berdiri tegak bak petarung yang siap laga. Aku jadi jengah dan sedikit malu.

“Iya soalnya dia tahu ada lawan mendekat” balasku untuk menghilangkan kekakuan.

“Dia tahu sebentar lagi mau disuruh kerja.. he.. he.. he!” gurauku.

“Ah maunya..!” Tante Nina memonyongkan bibirnya.

Aku yang sudah sangat terangsang dengan elusan dan remasan tangannya di selangkanganku langsung saja memeluknya dan tanpa ba Bi Bu lagi kusergap bibirnya yangs sedang monyong itu. Kupeluk tubuh telanjangnya dan dengan ganas kucium bibirnya.

“Mphhf..” Tante Nina gelagapan saat bibirnya kuserobot dan tanganku erat memeluknya.

Sambil terus menciumnya tanganku dengan beraninya berkeliaran mengelus punggung Tante Nina dan terus ke bawah ke arah bongkahan pantatnya yang padat. Kuremas kedua belah buah pantatnya bergantian.

“Dikk.. ohh” Tante Nina Cuma bisa melenguh dan menggelinjang dalam dekapanku.

Tangannya semakin liar mengurut dan meremas batang kemaluanku. Aku sendiri tidak perduli kalau tubuhku masih penuh dengan busa sabun dan bau keringat Tante Nina yang belum mandi sejak kami bersetubuh semalam.

“Dik.. Tante .. Tante be.. belum mandi..” napas Tante Nina tersengal-sengal saat dengan ganasnya kuciumi lehernya.

“Biar Tante mandi dulu.. ughh” Tante Nina melenguh minta kulepaskan.

Mungkin ia risih dengan bau keringatnya sendiri. Lalu kulepaskan pelukanku. Kusiram tubuh Tante Nina dengan air dingin.

“Sini Tante biar gantian ku mandiin” kuraih sabun yang dipegangnya.

Lalu balik tubuh Tante Nina dan kusabun punggungya. Kugosok bagian punggungnya dan tanganku yang nakal bergeser terus ke bawah. Begitu tanganku menyentuh bagian pantatnya yang padat tanganku mulai meremas dengan gemas. Kuelus dan kugosok ke dua belah bongkahan pantat Tante Nina. Setelah puas bermain-main dengan pantatnya, tanganku mulai menyabun tubuh Tante Nina bagian depan. Namun saat itu posisiku masih dibelakang Tante Nina, jadi tanganku menggosok bagian depannya sambil memeluknya dari belakang. Saking ketatnya pelukanku, tubuh bagian bawah kami saling menempel ketat.

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku

Batang kemaluanku yang sudah sangat keras tergencet antara bongkahan pantat Tante Nina dengan perutku sendiri. (Pembaca bisa bayangin gimana rasannya). Luar biasa! Apalagi pantat Tante Nina dan batang kemaluanku sangat licin karena penuh busa sabun. Rasanya syurr.. apalagi Tante Nina sengaja menggoyang-goyangkan pantatnya hingga batang kemaluanku tergesek-gesek. Nikmatt!

Kedua tangan Tante Nina diangkat ke atas kepalanya seolah-olah membiarkanku untuk semakin mudah menggosok kedua payudaranya dari belakang. Sementara pantatnya yang menggencet batang kemaluanku sebentar-sebentar digoyang. Aku semakin terangsang hebat dengan perlakuannya itu. Lalu tanganku kugeser ke arah selangkangannya. Kugosok gundukan bukit kecil di selangkangan Tante Nina yang lebat dengan rambut. Kusabun dan gundukan bukit itu dengan arah dari atas ke bawah mengikuti alur celah hangat di selangkangan Tante Nina.

“Ouchh.. ter.. rushh Diikk” sekarang Tante Nina sudah berani bersuara agak keras karena kami hanya berdua.

Tidak seperti keadaan semalam dimana kami hanya bisa berbisik-bisik takut ketahuan pasangan lain. Aku semakin semangat bermain-main dengan bukit kecil di selangkangannya. Tanganku yang jahil sekali-sekali menusuk masuk ke celah hangat diselangkangannya. Hal ini membuat Tante Nina semakin liar menggerakkan pantatnya. Akibatnya aku sendiri yang melenguh kenikmatan karena batang kemaluanku tergencet pantatnya yang licin.

“Akhh.. terr.. ushh..” Tante Nina semakin liar menggumam tak karuan saat kukorek-korek liang kemaluannya dengan jariku.

Kumainkan jariku di dalam liang kemaluan Tante Nina. Dan Tante Nina semakin meronta dan menggelinjang saat jariku memainkan dan menggosok tonjolan daging kecil dalam liang kemaluannya. Kepalanya mendongak ke atas dan mulutnya setengah terbuka menahan nikmat. Kugosok terus dan sesekali kutarik tonjolan daging itu.

“Terush.. Dikk.. ohh.. ter.. ruushh” Tante Nina terus menceracau. Dan dengan diakhiri lenguhan panjang tiba-tiba tubuhnya mengejang.., kepalanya terhentak dan tubuhnya meliuk. Mungkin dia mencapai orgasme saat kumainkan tonjolan daging di selangkangannya.

Kemudian setelah beberapa saat ia terdiam dan matanya terpejam seolah menikmati sensasi yang baru saja dirasakannya. Setelah napasnya mulai teratur diraihnya gayung dan disiraminya tubuhnya dan tubuhku dengan air. Sambil menyirami sisa busa sabun di tubuhku tangannya mengelus dan mengurut batang kemaluanku yang sudah sangat kencang (Ngaceng habis-habisan!).

“Dik.. kamu tiduran saja di lantai biar Tante yang service sekarang” disuruhnya aku berbaring di lantai kamar mandi.

Aku pun menurut saja apa maunya. Kubaringkan tubuhku di lantai kamar mandi yang dingin, aku saat itu berbaring sambil berdiri pembaca! Bayangkan berbaring sambil berdiri! Aku memang berbaring.. tapi adik kecilku berdiri tegak menunjuk langit-langit kamar mandi!

Setelah aku berbaring, Tante Nina merangkak di atas tubuhku. Ia duduk di atas perutku dan mulai mencium keningku. Aku memejamkan mata merasakan sensasi luar biasa. Antara napsu dan sayang. Napsu soalnya selangkangan Tante Nina yang hangat menempel ketat di atas perutku dan batang kemaluanku menempel pantatnya. Sayang karena aku seolah-olah sedang dimanja. Ya aku sedang dimanja karena aku tidak diperbolehkan bergerak dan disuruh menikmati layanan total yang hendak diberikannya padaku. Dari keningku perlahan bibirnya bergerak turun dan mulai menjilati telingaku kanan dan kiri bergantian. Rasa geli yang luar biasa menerpaku saat lidah Tante Nina menyapu-nyapu lubang telingaku.

“Akhh.. Mbaak..” bisikku mesra.

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku 

Tubuhnya terus bergeser ke bawah saat bibir Tante Nina beranjak turun ke bibirku. Kami saling memagut dan dorong mendorong lidah. Aku yang belum berpengalaman ikut saja permainan yang diberikan Tante Nina. Lidahnya menyapu-nyapu lidahku dan kusedot kencang-kencang lidah Tante Nina. Akibatnya tubuh bagian bawahnya yang sekarang menindih batang kemaluanku semakin ketat menekanku. Rasa hangat menjalar dari batang kemaluanku yang terjepit gundukan bukit di selangkangan Tante Nina yang kurasakan makin licin.

Sementara bibir kami saling berpagutan, kemaluan Tante Nina yang menjepit kemaluanku digesek-geseknya dengan pelan. Kembali lagi kurasakan sensasi luar biasa. Betapa tidak.. walaupun batang kemaluanku belum memasuki lobang yang semestinya namun karena bibir kemaluan Tante Nina sudah sangat licin jadi kemaluanku yang terjepit di antara bibir kemaluannya dan perutku sendiri seperti diurut. Batang kemaluanku mulai berdenyut-denyut. Gerakanku sudah mulai liar tak terkendali. Namun permainan belum berakhir! The game was just begun! Permainan baru dimulai!

Bibir Tante Nina terus menjilat seluruh tubuhku. Leherku sudah basah oleh liur Tante Nina. Dari leher bibirnya terus merangsek ke bawah, kedua puting dadaku pun habis dipermainkan lidahnya. Dari sini bibirnya terus ke bawah hingga pusarku pun dijilatinya habis-habisan. Lagi-lagi sensasi luar biasa menyerbuku saat lidah Tante Nina mengais-ngais pusarku sementara ke dua payudaranya menempel ketat di batang kemaluanku.! Edann..! Kali ini batang kemaluanku terjepit di tengah-tengah belahan payudaranya yang kenyal! Sensasi nikmat semakin meningkat saat tanpa dapat kucegah bibir Tante Nina mulai menciumi batang kemaluanku dari ujung hingga pangkalnya. Gilaa!

“Upff.. Mbaak..” aku setengah memekik saat ujung kemaluanku serasa terjepit benda hangat!

Ternyata batang kemaluanku sedang dikulum Tante Nina! Dia mengulum batang kemaluanku seperti anak kecil yang sedang menjilati ‘magnum’ es krim yang terkenal itu! Sambil dikocok batang kemaluanku dihisapnya habis-habisan! Tidak puas menjilat batang kemaluanku, Tante Nina mulai menjilat kantung pelerku (gaber). Ya gaberku! (Gaber adalah bahasa Banyumas untuk kantong peler – bukan pamannya Donal Bebek). Dikuakkannya lipatan gaberku dan dijilatinya inci demi inci gaberku itu!

Batang kemaluanku semakin berdenyut kencang. Kocokan tangan Tante Nina pada batang kemaluanku semakin kencang. Sekali lagi batang kemaluanku jadi bulan-bulanan mulut Tante Nina. Dikulumnya lagi batang kemaluanku yang semakin berdenyut hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulutnya. Mataku semakin membeliak menahan sesuatu yang mendesak dari perut bagian bawahku. Aku mencoba bertahan dengan mencoba memegang kepala Tante Nina agar diam! Namun semaki kencang aku memegang kepalanya, semakin kencang pula kepalanya bergoyang hingga batang kemaluanku dikocok-kocok dengan mulutnya.

“Aarghh..” aku melenguh kencang saat aku tak mampu lagi menahan desakan lahar yang menyembur keluar dari ujung kemaluanku!

Crat.. cret.. cret.. crett.. crett hampir lima kali aku menyemburkan air maniku untuk yang kedua kalinya hari ini! Namun kali ini aku mengeluarkannya di mulut Tante Nina! Tubuhku bergetar dan mengejat-ngejat. Semakin ketat kutekan kepala Tante Nina agar batang kemaluanku semakin dalam terbenam dalam mulutnya! Akibatnya hampir semua air maniku tertelan olehnya!

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku

“Bagaimana Dik Baim?” Tanya Tante Nina menggodaku, “Enak?”

“Uf.. luar biasa Tante ” jawabku agak malu dan penuh rasa bersalah karena aku mengeluarkan air maniku di mulutnya.

“Sorry ya Tante aku.. aku.. kel.. keluar di mulut Tante ..”

“Enggak apa apa Dik..” kata Tante Nina yang mencoba menenangkanku.

“Malah Tante senang bisa buat jamu.. hik.. hik.. hik”.

“Ayo sekarang istirahat dulu..” ajaknya sambil menarikku agar bangkit.

Setelah membersihkan diri dan mengeringkan tubuh kami, kamipun berbaring di tempat tidur sambil menonton TV berita pagi. Kami masih sama-sama telanjang bulat dan berpelukan di tempat tidur.

Mungkin karena terlalu mengantuk dan capai setelah semalaman tidak tidur ditambah ejakulasi dua kali membuatku langsung terlelap. Aku tidak tahu telah berapa lama tertidur sambil memeluk tubuh telanjang Tante Nina. Aku tersadar saat tubuh bagian bawahku terasa geli.. perlahan kubuka mataku dan kulihat Tante Nina sedang menciumi tubuh bagian bawahku. Aku diam saja pura-pura tertidur.. padahal si kecil sudah bangun sedari tadi.

Batang kemaluanku berdenyut-denyut saat seluruh batang kemaluanku masuk dalam kuluman mulut Tante Nina yang hangat dan bergelora. Lidahnya yang kasar dan panas menyapu-nyapu ujung kemaluanku yang membuatku tak sadar menggelinjang hingga Tante Nina tahu kalau aku hanya pura-pura masih tidur!

“Rupanya kamu nakal ya!” katanya sambil memencet batang kemaluanku yang sudah sangat keras itu.

“Awas kamu”, ujarnya lagi.

“Adaoww” jeritku manja.

Rasanya sakit tapi enak juga dipencet oleh tangan Tante Nina yang halus itu! Pembaca gak percaya? (Boleh dicoba ntar kuminta Tante Ninaku memencet pembaca yang penasaran! Ha.. ha.. ha).

Aku semakin menggelinjang kegelian campur sedikit ngilu saat mulut Tante Nina menyedot buah pelerku kencang-kencang. Geli tapi ngilu.. ngilu tapi geli.. pembaca bisa bayangin gimana rasanya.. pokoknya campur aduk deh.. sulit digambarkan dengan kata-kata..

Tiba-tiba Tante Nina membalikkan posisinya.. mulutnya masih sibuk melumat batang kemaluanku tetapi sekarang tubuh bagian bawahnya digeser ke atas sehingga gundukan bukit di bawah perutnya yang lebat ditumbuhi bulu hitam sekarang tepat berada di hadapan wajahku. Kedua kakinya mengangkangi wajahku sehingga jelas kulihat belahan merah jambu segar di tengah-tengah gundukan itu. Ada bau khas semacam bau cumi-cumi segar menyeruak lubang hidungku.. oo.. rupanya seperti inikah bau kemaluan wanita.. seperti bau cumi-cumi.. orang Korea bilang katanya bau Ojingo atau bahasa kitanya cumi-cumi! Segar dan sedikit amis.. gitu!

Aku yang baru kali ini melihat dari dekat bentuk kemaluan wanita dewasa menjadi terpesona melihat pemandangan seperti itu. Mengetahui aku diam saja Tante Nina yang tadinya asyik menjilati batang kemaluanku berhenti melakukan aksinya lalu diturunkannya pantatnya pelan-pelan sehingga lubang kemaluannya menekan hidung dan mulutku. Aku yang sedang melongo jadi gelagapan karena tiba-tiba kejatuhan memek! Pas dimulut dan hidungku lagi! (Pembaca pernah enggak kejatuhan memek? Kalau belum bisa dicoba suruh aja cewek pembaca ngangkang di atas dan melakukan aksi seperti itu! Pasti ditanggung kaget tapi nikmat! Ha.. ha.. ha!)

Begitu liang kemaluan Tante Nina yang sudah basah dan panas menekan mulutku otomatis tanpa disuruh bibirku melahap seluruh cairan yang membasahi liang kemaluan Tante Nina.. rasanya.. sedikit agak asin.. Lidahku menyeruak masuk ke dalam liang kemaluan Tante Nina hingga kepala Tante Nina terdongak dan pantatnya semakin menekan wajahku.

“Shh.. terusshh Diikk.. ohh” Lidahku terus menerobos liang kemaluannya dan masuk sedalam-dalamnya.

Aku semakin gelagapan susah bernapas karena kemaluan Tante Nina begitu ketat menekan mulut dan hidungku. Tekanan pantatnya semakin ketat saat tubuhnya meliuk-liuk dan berkejat-kejat saat kusedot tonjolan daging di sela-sela liang kemaluannya. Tante Nina menjerit dan semakin kuat menekankan pantatnya hingga hidung dan mulutku seolah amblas ditelan bongkahan liang kemaluannya yang menindihku.

“Upf.. brr..! Karena tak tahan susah bernapas kusembur kencang-kencang liang kemaluannya hingga menimbulkan bunyi aneh seberti kain robek. Brrtt..!

“Ihh..” Tante Nina menjerit kaget atas kenakalanku itu.

“Awas ya.. entar Tante balas kamu..” jeritnya manja.

“Abis.. aku enggak bisa bernapas.. Tante juga sih..” balasku tak kalah manja sambil meremas-remas bongkahan pantatnya yang sekal dengan gemas.

Tante Nina pun membalas aksiku tadi. Kini disedotnya kuat-kuat lubang saluran kencingku.. aku sempat mengawang merasakan kenikmatan yang tiada tara ini. Aku pun balas lagi kutekan pantatnya dan kudekatkan bibir kemaluannya ke mulutku dan mulai mlumat bibir kemaluannya dengan gemas. Kembali Tante Nina menggelinjang dan akhirnya tak tahan sendiri.

“Oh.. su.. sudah diikk..!” desisnya, “Tante sudah enggak kuat..”

Lantas ia mengubah posisinya. Sekarang kami berhadap-hadapan dan Tante Nina masih di atas tubuhku. Dengan tanggannya batang kemaluanku dicocokkannya ke liang kemaluannya yang sudah sangat licin. Setelah tepat kemudian ditekannya pantatnya pelan pelan hingga batang kemaluanku mulai menyeruak kehangatan liang kemaluannya.

Aku menggigit bibirku agar tidak melenguh. Hingga bless.. hampir seluruh batang kemaluanku terbenam dalam kehangatan liang kemaluan Tante Nina. Tante Nina menghentikan gerakannya dan kami menikmati keindahan saat-saat menyatunya tubuh kami. Kami saling bertatap pandang dan tersenyum mesra. Oh.. alangkah mesranya.

“Aku sayang kamu Dikk..” bisik Tante Nina di telingaku dengan mesra.

“Aku juga Tante ..” balasku tak kalah mesra.

Kemudian bibir kami saling berpagutan. Lidah kami saling bertaut.

Dengan pelan Tante Nina mulai menggoyangkan pantatnya naik turun di atas tubuhku. Batang kemaluanku semakin kencang tergesek-gesek dalam jepitan liang kemaluannya. Tanganku tak tinggal diam. Kuremas buah pantat Tante Nina dengan gemas. Semakin lama semakin cepat Tante Nina menggoyangkan pantatnya di atas tubuhku. Mulutnya tak henti-hentinya mendesis dan merintih. Aku pun mengimbangi gerakannya dengan memutar pinggulku menuruti instingku. Tante Nina semakin liar menggoyangkan pantatnya dan mulutnya semakin kencang merintih.

“Ouch.. terushh.. Diikk..” mulutnya terus merintih.

“Tante mau kell.. oohh..” belum habis ia bicara ternyata Tante Nina sudah sampai ke puncak pendakiannya.

Tubuhnya meliuk dan berkejat-kejat bak terkena aliran listrik yang dahsyat. Aku pun semakin kencang memutar pantatku mengimbangi gerakannya dan terdorong keinginan untuk memuaskan hasrat wanita yang kusayangi ini.

“Kamu.. hebb. bathh..” bisik Tante Nina mesra.

Beberapa kali ia menggelepar di atas tubuhku dan akhirnya tubuhnya ambruk di atas perutku. Ia terdiam beberapa saat. Kubiarkan Tante Nina untuk menikmati keindahan yang baru diperolehnya. Aku yang sudah dua kali mengeluarlan air mani selama satu malam itu merasa belum apa apa.

Setelah napasnya mulai teratur kubisikkan agar Tante Nina mengubah posisi. Sekarang kuminta Tante Nina tengkurap di ranjang dan kujulurkan kedua kakinya ke lantai hingga pantatnya yang indah menungging di tepi tempat tidur. Perutnya kuganjal dengan bantal hingga posisi menunggingnya agak tinggi. Indah sekali pemandangan yang terpampang di hadapanku.

Betapa tubuh telanjang Tante Nina dengan pantatnya yang indah tengkurap dengan posisi menungging. Kunikmati pemandangan ini beberapa saat hingga Tante Nina mengomel manja.

“Ayo.. tunggu apa lagi” dia mengomel dengan manja.

Aku pun menempatkan posisiku tepat di belakangnya. Dengan berdiri kucocokkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dari arah belakang. Kugesek-gesek liang kemaluannya dengan kepala batang kemaluanku agar licin. Setelah licin, dengan pelan kutekan batang kemaluanku hingga menyeruak liang kemaluan Tante Nina. Beberapa kali kukocok batang kemaluanku sebelum kubenamkan seluruhnya.

Tante Nina mulai mendesis dan dengan pelan mulai menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakanku. Setelah beberapa kali kocokan dengan sekuatnya kutekan pantatku hingga seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam liang kemaluan Tante Nina.

Kepala Tante Nina terdongak saat tulang kemaluanku beradu dengan pantatnya. Plok.. plok.. plok terdengar bunyi beradunya tulang kemaluanku dengan pantatnya hingga menimbulkan gairah tersendiri bagiku. Apalagi mulut Tante Nina kembali mendesis dan merintih saat batang kemaluanku mengocok liang kemaluannya. Aku semakin bersemangat memacu dan mengayunkan batang kemaluanku dalam jepitan liang kemaluannya.

Tante Nina semakin liar menggoyangkan pantatnya membuat mataku terbeliak menahan nikmat. Karena dengan gerakannya itu batang kemaluanku seolah-olah diremas-remas dan dipelintir. Kutekan pantat Tante Nina agar tidak terlalu kencang berputar. Aku bisa menahan napas lega begitu aku dapat mengontrol diriku agar tidak terbawa permainan Tante Nina. Aku ingin berlama-lama merendam batang kemaluanku dalam jepitan kehangatan liang kemaluannya. Aku tidak ingin cepat-cepat selesai.

“Ayoo.. kok pelan..” protes Tante Nina begitu aku memperlambat tempo.

Pantatnya semakin kencang. Kembali ia memutar pantatnya semakin lama semakin cepat hingga aku kembali merasakan desakan yang sangat dahsyat menekan dari perut bagian bawahku. Aku harus berusaha keras menahan desakan yang menggelegak dan kembali kutekan pantat Tante Nina agar tidak terlalu cepat berputar.

Batang kemaluanku yang terjepit dalam kehangatan liang kemaluannya seolah-olah terpelintir dan terjepit kian erat. Ujung kemaluanku terasa berdenyut-denyut seperti mau meledak. Semakin lama denyutan di ujung batang kemaluanku semakin kuat. Apalagi pantat Tante Nina bukan hanya berputar, tetapi sesekali diselingi dengan gerakan maju mundur mengikuti ayunan pantatku. Rasanya aku sudah tidak kuat lagi untuk mengeluarkan air maniku.

“Akhh.. Mbaak.. aku.. aku.. ma..” napasku kian tersengal hampir tak kuat lagi menahan gejolak.

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku

Tante Nina semakin liar memutar pantatnya. Payudaranya berguncang-guncang seiring dengan gerakan tubuhnya yang liar. Suara beradunya pantat Tante Nina dengan tulang kemaluanku semakin keras bercampur dengan deru dengusan napas dan rintihan kami.

Aku semakin cepat mengayunkan pantatku maju mundur disambut dengan gerakan meliuk dan maju mundur pantat Tante Nina. Gerakanku semakin tak teratur saat desakan yang sudah tak mampu lagi ku bendung meledak. Ujung batang kemaluanku berdenyut kian kencang dalam jepitan liang kemaluan Tante Nina.

“Arghh..” aku melenguh kuat.

Mataku terbeliak dan tubuhku tersentak seperti terkena aliran listrik. Kucengkeram buah pantat Tante Nina dan kutekan dengan kuat hingga batang kemaluanku semakin dalam menghunjam ke dalam liang kemaluannya. Crat..! crat.. crat.. crat.. cratt.. Hampir lima kali kusemburkan air maniku kedalam rahim Tante Nina.

“Ouch.. shh..” Tante Nina pun rupanya mengalami orgasme pada saat yang bersamaan denganku.

Tubuhnya meliuk dan ikut berkelejat dan beberapa saat kemudian tubuh kami ambruk. Batang kemaluanku masih terjepit erat dalam liang kemaluan Tante Nina. Kubiarkan saja batang kemaluanku di sana. Aku rasanya sudah tak punya tenaga untuk menariknya. Kutindih tubuh telanjang Tante Nina yang masih nungging di atas tempat tidur empuk itu. Kami sama-sama mengatur napas setelah berpacu dalam nikmat (Mirip acarany Mas Koes Hendratmo aja Cuma dia bikinnya ‘Berpacu dalam Melody’ Ha.. ha.. ha!)

Kami sama-sama terdiam. Kupeluk tubuh Tante Nina. Tubuh kami sama-sama basah dengan keringat. Aku masih sempat merasakan liang kemaluan Tante Nina berdenyut-denyut menjepit batang kemaluanku yang sengaja tidak kulepas. Perlahan-lahan batang kemaluanku mulai terdorong keluar oleh denyutan liang kemaluan Tante Nina.

Plop.. akhirnya batang kemaluanku terlepas dari jepitan liang kemaluan Tante Nina dengan sendirinya. Kugigit ujung telinga Tante Nina sebagai ungkapan rasa sayangku. Kami bertatapan dan saling tersenyum mesra.

“Kamu cepat pintar.. sayang” bisik Tante Nina mesra.

“Siapa dulu dong instrukturnya..” balasku sambil mencium bibirnya.

Kembali bibir kami saling bertautan. Batang kemaluanku yang baru saja ‘terlempar’ keluar dari liang kemaluan Tante Nina mulai berlagak lagi. Perlahan namun pasti ia mulai mengeras. Gila! Baru berdekatan aja sudah bertingkah. Mungkin capai dengan posisi nungging, Tante Nina pun menggulingkan tubuhnya dan kini kami saling menindih dengan posisi saling berhadapan lagi. Bibir kami masih tetap saling melumat dan lidah kami pun saling dorong mendorong.

Main Kuda-Kudaan Bersama Tante Ku

Batang kemaluanku yang sudah keras kembali menempel ketat pada gundukan di selangkangan Tante Nina yang hangat dan mulai basah lagi. Tanganku pun tak mau diam. Kedua payudara Tante Nina yang sekal menjadi bulan-bulanan tanganku yang sibik remas sana remas sini, raba sana raba sini..

Mendapat perlakuanku yang agak kasar, tubuh Tante Nina menggelinjang di bawah tindihan tubuhku. Napasnya mulai memburu. Lalu tangannya mencari-cari dan akhirnya terpeganglah batang kemaluanku yang sudah sempurna dan siap tempur. Dibimbingnya batang kemaluanku ke celah-celah di selangkangannya dan digesek-gesekannya di celah hangat dan sempit itu. Setelah licin tiba-tiba kedua tangan Tante Nina memegang pantatku dan ditariknya hingga batang kemaluanku kembali menghunjam liang kemaluannya dan bersarang di sana.

Kembali kami mengulang persetubuhan kami. Entah berapa babak kami bertempur hari itu. Kami baru pulang ke rumah kami masing-masing setelah waktu check out habis, antar jam 1 atau jam 2 siang itu. Kami pun berjanji akan meneruskan ritual di Gn Kmks malam Jum’at berikutnya.
Share:

Friday, June 28, 2019

Nafsu Ku Tak Tertahankan Jika Milihat Tante Rita

Nafsu Ku Tak Tertahankan Jika Milihat Tante Rita

Nafsu Ku Tak Tertahankan Jika Milihat Tante Rita

Aku memang termasuk pria yang agak aneh. Napsuku hanya pada wanita-wanita STW yang suka mengenakan kebaya dan berkonde. Kadang-kadang waktuku habis ke pesta-pesta pernikahan hanya untuk melihat wanita-wanita yang mengenakan pakaian tersebut. Kalaupun tidak ada pesta penikahan aku pergi ke tempat-tempat hiburan tradisional (ronggeng) dimana para penari dan penyayinya mengenakan kebaya dan berkonde.

Pernah pada suatu hari aku pergi ke daerah X untuk mencari hiburan ronggeng dan aku sangat menikamati sekali meskipun harus melihat dandanan yang menor. Kehidupan seperti ini membuatku kadang-kadang tersiksa, tapi itulah kenyataan hidup yang harus aku jalani dan aku nikmati. Seperti kata orang keinginan seperti yang aku alami itu merupakan hal wajar dan sulit untuk diperdebatkan apalagi menyangkut selera. Sebagai manusia normal dan sampai dengan usiaku memasuki kepala 4 aku tetap berusaha untuk mendapatkan seorang wanita yang siap menemaniku dan berpakaian serta berdandan sesuai keinginanku.

Aku pernah mencoba untuk memasang iklan melalui iklan baris melalui internet, setelah hampir setahun aku menerima pesan email pertama dari seorang wanita berusia 41 tahun yang menyatakan bahwa dia sangat terharu setelah membaca iklanku dan bersedia untuk menjadi teman saya sekalipun harus mengenakan pakaian dan berdandan sesuai keinginanku, dia juga meninggalkan nomor telepon dan kami berjanji untuk bertemu seminggu kemudian. Berhubung saya sudah beristri dan Ibu Rita (nama samaran) pun telah bersuami saya janji akan menjemputnya di salon di daerah X.

Nafsu Ku Tak Tertahankan Jika Milihat Tante Rita

Hari itu adalah hari Sabtu jam 11:30 siang saya sudah standby ada di depan salon sesuai janji di telpon dan menunggu bidadariku keluar dari salon. Tepat jam 12 Ibu Rita keluar dari salon dan telah berdandan rapih kondenya gede dan licin (konde jawa) dan berkebaya, terlihat sangat anggun dan femimin. Saya mengajak Ibu Rita untuk pergi ke suatu motel daerah Jakarta Selatan agar lebih privacy ngobrolnya dan juga saya bisa sepuasnya memandang sang bidadari.

Sesampai di motel kami mengobrol panjang lebar mengenai kehidupan keluarga masing-masing dan juga kehidupan pribadi kami. Saya menceritakan ke Ibu Rita mengenai keinginan saya dan berterimakasih kepadanya atas kesediaannya untuk menemani saya. Sesudah ngobrol panjang lebar saya meminta Ibu Rita agar saya diperbolehkan untuk mencium keningnya.

Saat saya mencium kenig ternyata tangan saya ditarik untuk memegang susunya yang ternyata mulai mengeras, namun belum sempat membuka kebaya. Saya katakan kepada Ibu Rita bahwa saya sebenarnya hanya mengagumi wanita yang berdandan seperti ini, dan sebatas memandang dan mencium tanda sayang, namun Ibu Rita katakan bahwa justru dia lebih suka dengan pria yang jujur dan tidak grasa grusu dalam masalah sex serta memperlakukan dia dengan lembut.

Nafsu Ku Tak Tertahankan Jika Milihat Tante Rita

Suatu hal lagi yang dia sukai juga dari saya adalah badanku yang tinggi 178, berat 74 proporsional dan berambut pendek dan berkulit sawomatang, sementara Ibu Rita dengan tinggi badan kira-kira 165 berat 52 bra 36 B pantatnya gede dan kulit putih. Ibu Rita merasa terlindungi disamping itu karena kami berdua sudah berkeluarga jadi risikonya cukup kecil karena ada suatu komitment antara kami bahwa urusan keluarga masing masing yang harus didahulukan apabila ada keinginan dari salah satu pihak untuk bertemu. Ibu Rita merasa terlindungi ketika dalam perjalanan dari salon menuju motel.

Nafsu Ku Tak Tertahankan Jika Milihat Tante Rita

Ibu Rita kemudian bertanya apakah saya bisa memijitnya, saya katakan bisa, tapi nggak bisa keras. Kebetulan Ibu ada body lotion yang lembut tolong kamu pijitin Ibu. Kemudian Ibu Rita mengangkat kebayanya hingga lutut selonjor ditempat tidur sambil saya pijitin kakinya, makin lama makin ke atas pahanya, sambil sekali-kali mencium keningnya. Kata Ibu Rita bisa nggak Ibu buka aja kebaya dan kainnya agar lebih mudah memijitnya, saya katakan silahkan aja, kalau menurut Ibu itu lebih mudah.

Kemudian Ibu Rita sudah hanya mengenakan CD dan bra transparan namun rambutnya masih rapih dengan konde, saya sampai merasa seperti mimpi melihat keindahan tubuh wanita yang meskipun gemuk (padat berisi) namun karena masih mengenakan konde jadi masih terpancar aura kewanitaannya, dan membuat saya begitu horny.

Ibu Rita menawarkan saya kalau mau buka aja celana panjang dan bajumu biar nggak kusut, dan saya turuti permintaannya. Sayapun mulai memijat lagi dari paha kemudian perlahan lahan mulai ke pangkal paha, Ibu Rita mulai menggelinjang kegelian, namun saya masih bisa menguasai diri untuk berkonsentrasi pada mijit.

Namun mungkin karena terus dibuat geli Ibu Rita kemudian menarik tangan kiriku untuk mulai menyentuh susunya yang berukuran kira-kira 36B, proporsional dengan tinggi dan beratnya. Setelah 30 menit mijit Ibu Rita minta untuk ke kamar mandi (pipis) sementara saya berusaha menetralisir pikiran saya dengan menonton acara film komedi di TV. Menghadapi wanita semacam Ibu Rita saya harus mampu mengendalikan diri dan membuat dia penasaran, karena seorang wanita apalagi STW memang membutuhkan foreplay yang panjang dan harus berkesan.

Setelah selesai dari kamar mandi Ibu Rita minta untuk diteruskan pijitnya yaitu belakangnya. Sambil memijit belakangnya saya mulai mencium leher dan kadang menjilat kupingnya yang ternyata membuat dia begitu geli dan napasnyapun mulai tidak keruan, dia meminta saya untuk membuka kaitan BH nya dan sekarang hanya mengenakan celana dalam. Bau wangi tubuh dan bau kewanitaan begitu membangkitkan gairahku namun aku masih tetap mengontrol diriku agar dalam permainan sex nanti Ibu Rita benar-benar memperoleh servis yang memuaskan, ini penting untuk hubungan jangka panjang.

Nafsu Ku Tak Tertahankan Jika Milihat Tante Rita

Tangan kanan saya tetap memijit pundak, sambil sekali-kali menjilat leher, sementara tangan kiri saya mulai mengelus putingnya yang sebesar kelereng, dan membuat Ibu Rita makin meronta karena geli, kemudian dia bisikan ke saya bahwa baru sekali ini dia merasakan nikmatnya permainan awal (foreplay) yang luar biasa. Kadang-kadang Ibu Rita menggigit kecil bibirku dan kedang mengulumnya dengan napsu, sambil tangan kanannya mengelus-ngelus batangku yang juga sudah mulai tegang.

Karena sudah nggak tahan dia minta saya pindah duduk berhadapan dengannya dan sambil mencium bibir dan mengelus puting jari kanan saya mulai mengelus vegynya yang ternyata mulai mengeluarkan lendir. Setelah itu Ibu Rita pindah ke pinggiran tempat tidur dan membuka pahanya lebar lebar, saya sambil jongkok dan mulai menjilat vegynya dimulai dari klitorisnya yang sebesar biji kacang tanah, dan membuat Ibu Rita duduk tapi terus menggerakkan pantatnya karena geli dan napsu. Sambil menjilat klitoris tangan saya memainkan puting susunya yang keras sambil sekali-kali meremasnya. Gerakan tubuh Ibu Rita sudah mulai tak beraturan karena disamping menahan geli juga napsu sex yang mulai meningkat.

Agar tidak merusak dandanan rambutnya saya minta Ibu Rita mengganti posisi yaitu nungging diatas tempat tidur dan saya telentang agar bisa menjilat klitorisnya yang sudah mulai basah. Pantatnya mulai digoyangkan kekanan kekiri dan jari kanan saya dengan sedikit lotion mengelus celah pantatnya dan menurut Ibu Rita sangat nikmat rasanya. Celoteh Ibu Rita mulai nggak keruan..

Nafsu Ku Tak Tertahankan Jika Milihat Tante Rita

“Mas.. Papa.. Teruss.. Achh nikmatnya..”

Mulut sayapun terus menjilat klitorisnya dan jari saya terus mengelus diantara bongkahan pantatnya dan lebih masuk lagi.

“Achh.. Mmmhh.. Teruss.. Mas.. Ayoo... Duh sudah nggak tahan nih..”

Akhirnya saya tetap telentang dan Ibu Rita minta agar masukan sikecil saya ke dalam vegynya.. Saya katakana bahwa silahkan aja kalau Ibu sudah nggak tahan dan saya minta agar Ibu masukin tapi membelakangi saya itu terasa lebih nikmat.. Dan.. Ternyata setelah masuk bless.. Bu Rita mulai.. Merintih sambil bergerak maju mundur..

“Mmmhh.. Ohh.. Enakk.. Bangeet.... Mass.. Bareng aja keluarnya..”

Saya katakan bahwa pelan-pelan aja bu.. Biar nikmat.. Sambil saya menjilat belakang nya.. Dan tangan ku meremas dan sekali memilin puting susunya..

“Aohh.. Nikmatt.. Mmmhh terus.. Tahan.. Biar keluar bareng.”

Nafsu Ku Tak Tertahankan Jika Milihat Tante Rita

Karena posisi Ibu Rita diatas.. membuat dia cepat nyampenya.. Dan ketika dia sudah nyampe cepat-cepat dibalikkan badannya jadi posisi sekarang berhadapan dimana saya masih telentang.. Dan ini membuat saya lebih mudah menjilat susu dan sekali-kali menggigit kecil putingnya..

Kemudian kami berdua tidur karena capek sambil berpelukan. Dalam kepenatan tersebut saya masih sempat mencium keningnya, bibirnya dan kadang-kadang puting susunya saya jilatin karena sex bagi seorang wanita stw bukan hanya pada saat puncak namun juga sesudah menikmati orgasme, karena disitulah letak kepuasan seorang wanita.

Ibu Rita kemudian menawarkan kepada saya untuk pertemuan berikutnya dia akan membawa baju tidur transparan untuk membuatku lebih bernapsu lagi, karena menurut Ibu Rita laki-laki biasanya suka dengan hal hal yang membuat dia penasaran dan saya katakan bahwa Ibu sangat baik terhadap saya. Dan siang itu Ibu Rita mengalami orgasme hingga 3 kali. 2 kali di tempat tidur dan sekali di kamar mandi sambil berendam.

Nafsu Ku Tak Tertahankan Jika Milihat Tante Rita

Di kamar mandi kami lakukan foreplay dengan posisi duduk di dalam bathtub sambil berpagutan, saling mengelus menjilat dan kadang-kadang saling meremas, setelah foreplay permainan sex dilakukan dengan posisi duduk dan kadang berdiri dimana sebelah kaki Ibu Rita diangkat. Posisi berdiri ini ternyata membuat Ibu Rita sangat senang karena mulut saya lebih leluasa menjilat dari kening hingga ke puting susunya dan membuat Ibu Rita pun melakukan hal yang sama terhadapku.

Setelah puas dengan permainan sex yang nikmat karena dimulai dengan foreplay yang asyik.. akhirnya Ibu Rita minta untuk membuka konde dan kebaya kemudian mengganti dengan baju biasa yang sudah disiapkan dari rumah, sayapun mengantar Ibu Rita ke Blok X untuk kembali ke rumahnya dengan taxi.. Saya benar-benar puas karena keinginan saya yang selama ini hanya memandang wanita-wanita berkebaya dan berkonde, namun kali ini bukan hanya memandang namun sampai ke permainan sex yang memuaskan kedua belah pihak.

Memperlakukan seorang wanita yang anggun dengan lembut dan pelan tapi pasti akan membuat kenangan indah baginya, dan ini terbukti setelah 2 minggu berlalu Ibu Rita menelponku untuk kembali bertemu dan sesuai janjinya dia juga akan membawa baju tidur transparan agar bisa lebih memuaskan aku. Terimakasih Ibu Rita atas kebaikanmu mau meluangkan waktu untuk bercinta denganku.
Share:

Thursday, June 27, 2019

Kemaluan Janda Ternyata Lebih Nikmat Dibanding Perawan

Kemaluan Janda Ternyata Lebih Nikmat Dibanding Perawan

Kemaluan Janda Ternyata Lebih Nikmat Dibanding Perawan

Aku seorang janda muda berumur 26 tahun, aku pernah menikah dengan seorang pria namun gagal. Aku bercerai setelah 6 bulan menikah dengan dia. Aku bercerai karena dia tidak memuaskan birahiku. Sebelum menikah aku sangat berpengalaman tentang seks. Aku sering bergonta ganti pasangan waktu masih berpacaran aku juga sudah mengenal seks.

Sebut saja aku Vivin. Aku terpaksa menikah karena dulu dia selalu memberi aku apa saja yang aku minta. Namun ternyata sebenarnya dia anak keluarga yang biasa saja. Selama menikah bercumbu dengan dia tidak ada rasa kepuasan. Aku tidak merasakan kenikmatan sex karena dia kurang pandai melakukan pemanasan sex.

Kalau melakukan hubungan suamiku selalu tergesa-gesa. Semua dia lakukan dengan cepat asal dia keluar saja tidak memikirkan aku. Aku sudah muak dan tidak betah hidup dengannya maka dari itu aku menceraikan dia. Aku menyesal menikah dengan dia, hanya tergiur dengan uangnya. Pada kenyataannya dia hanya terlahir dari keluarga yang biasa saja.

Belum lagi karena minimnya celana yang dipakai Intan, pahanya Intan yang putih dan jenjang ngebuat gw suka nelen ludah terus.

Kemaluan Janda Ternyata Lebih Nikmat Dibanding Perawan

Udah gitu, kalo dia lagi ngetik sambil badannya agak membungkuk, belahan payudaranya suka keliatan. Payudara Intan sudah terbentuk, warnanya putih mulus, dan sangat terlihat kenyal.

Selama ngerjain tugas, Intan banyak ngajarin gw tentang sistem reproduksi. Dari mulai bentuk alat kelamin manusia sampai proses untuk membuat bayi. Akhirnya setelah 3 jam lebih, tugas kita selesai juga.

Karena merasa keringetan setelah ngerjain tugas, Intan nyuruh gw ngoreksi lagi hasil tugasnya, dan selagi gw ngoreksi tugas, Intan ingin nyegerin badan dengan mandi.

Denger kata-kata Intan ingin mandi di tambah di depan gw banyak gambar tentang alat kelamin manuia, pikiran kotor gw pun timbul.

Setelah Intan masuk ke kamar mandi, gw langsung buru-buru jalan ke depan pintu kamar mandi mencari lubang untuk mengintip Intan mandi.

Dan sungguh beruntung, pintu bawah kamar mandi yang terbuat dari triplek bolong lebar banget, mungkin karena sudah rapuh kena air. Dan gw pun dengan semangat ngintip Intan mulai dari dia buka baju.

Kemaluan Janda Ternyata Lebih Nikmat Dibanding Perawan

It’s show time. Yang paling pertama di lakukan Intan adalah ngebuka tanktop pinknya yang sexy itu, dan terlihat buah dadanya yang masih dibalut bra itu terlihat sangat menggoda.

Lalu Intan membungkukkan badannya untuk melepas celana pantainya. Terlihat pantat yang masih di balut celana itu indah mengembang. Dan kini celana Intan sudah terlepas.

Terlihat jelas pantat Intan yang putih padat, dan kemaluannya yang masih tertupi oleh G-String yang sangat sexy. Dan juga terlihat bulu-bulu halus Kemaluan Intan yang keluar dari sela-sela G-String mini nya.

Namun, kini G-String itu pun luluh di pelorotkan Intan. Kemaluan Intan terlihat agak menggembung kedepan, dan di tumbuhi oleh bulu-buluh halus yang tidak terlalu lebat yang membuat belahan vaginanya terlihat.

Kini tinggal bra nya yang masih melekat. Dengan lembut Intan pun melepas branya, kontan saja setelah bra itu terlepas, payudara Intan menyumbul keluar.

Payudara Intan begitu indah, warnanya putih mulus dengan punting kecil yang berwarna pink. Saat Intan bergerak menuju shower, payudaranya bergerak kenyal naik-turun beraturan.

Kemaluan Janda Ternyata Lebih Nikmat Dibanding Perawan

Dan saat berhenti dari langkahnya, payudara Intan naik-turun dengan cepat dan terlihat sangat kenyal.

Kemaluan Janda Ternyata Lebih Nikmat Dibanding Perawan

Intan mandi di pancuri shower yang mengalir indah menjelajahi seluruh lekuk tubuh Intan.

Dan air shower yang dingin, membuat Intan sesekali menggelinjang yang membuat seluruh tubuhnya bergetar juga termasuk payudaranya yang kenyal ikut bergetar.

Intan menyabuni tubuhnya dengan perlahan dan dengan menyenandungkan lagu-lagu yang keluar dari bibir mungilnya.

Sesekali Intan menyabuni vaginanya dengan lembut perlahan dan menggosokan tangannya dengan lembut di belahan vaginannya.

Lalu tangan Intan merambat ke atas untuk menyabuni payudaranya. Intan menyabuni payudaranya dengan mengusap kesuluruhannya dan sesekali meremasnya dan memainkan putingnya.

Sungguh pemandangan indah saat melihat Intan mandi. Sebelum membersihkan badannya dari busa sabun, Intan melakukan hal yang membuat penis gw semakin tegang dan memacu adrenalin gw.

Intan memainkan payudaranya dengan mengusap-ngusapkan tangannya ke payudaranya. Dan bahkan ia menggesek-gesekan payudaranya ke tembok kamar mandi.

Setelah itu ia meremas-remas payudaranya dengan sangat nikmat, dan juga tak lupa ia memutar-mutar pentingnya dengan nakal. Dan Intan mengakhiri permainannya dengan penuh nafsu.

Yaitu ia membelai-belai belahan kemaluannya, dan sesekali memasukkan jari kelingkingnya maju-mundur ke vaginanya dengan penuh irama.

Dan setelah itu ia membersihkan seluruh badannya yang mulus dari sisa-sisa busa sabun.

Kemaluan Janda Ternyata Lebih Nikmat Dibanding Perawan

Tanpa gw sadarin, Intan telah menyudahi mandinya dan ingin membuka pintu kamar mandinya.

Kontan gw dengan tergesa-gesa langsung kembali ke laptop agar tidak di curagai. Saat itu penis gw lagi sangat tegang dan keras, dan sepertinya seluruh darah dan adrenalin gw memuncak.

Sekarang gw jadi gak berani ngeliat Intan. Gw takut kalo dia tau perbuatan gw tadi. Dan sekarang gw jedi bener-bener takut banget karena dia ada di depan gw dan lagi mandangin gw.

“Hei, kenapa gelisah sampe keringetan gitu? Wah.., lw tadi abis ngintipin gw mandi ya…?”

“Mampus gw ketauan. Aduhhh… gimana nih???” gusar gw dalam hati

“Eh enggak kok. Gw cuma bercanda. Kok lw jadi malah tambah gelisah gitu sih!”

“Tugas nya udah lw cek kan? Gw mau pake baju dulu nih, soal nya tadi gw lupa bawa baju ganti ke kamar mandi. Tapi awas lho, jangan di intip.” ucap Intan sambil menggigil.

Waduh, gawat nih. Pikiran gw lagi bener-bener kacau banget. Yang ada di otak gw Cuma Intan yang lagi mandi. Pikiran gw lagi kotor banget nih.

Apalagi, sekarang Intan lagi di hadapan gw. Intan sekarang bikin gw jadi horny banget. Badan nya yang habis mandi harum banget.

Dan juga sekarang Intan cuma pake sehelai handuk yang ketat dan agak pendek. Belahan dada nya keliatan banget mengkilat basah. Udah gitu pahanya juga seksi banget. Gw udah gak tau lagi mau berbuat apa.

Saat Intan sedang berbalik ingin memakai baju. Nggak tau kenapa gw teriak manggil namanya. Dan kontan aja Intan langsung nengok dan berbalik.

Gw gak tau setan apa yang lagi mempengaruhi gw, gw berdiri dan buru-buru nyamperin Intan. Pas sampe di depan Intan, tanpa aba-aba lagi gw langsung ngedorong pundak Intan sampe Intan jatoh pas tepat di atas kasur nya. Dapet prilakuan kaya gitu, Intan langsung pengen bangun.

Tapi sebelum Intan sempet bangun, gw langung loncat ke arah kasur dan nibanin Intan.

Kemaluan Janda Ternyata Lebih Nikmat Dibanding Perawan

Gw langsung tindihin badannya Intan dan mencium Intan. Kerena di tindihin dan di cium sama gw, Intan langsung berontak dengan sekuat tenaga dan mukul-mukulin gw.

Dan kerena Intan nggak bisa diem, gw mutusin untuk ngiket kedua tangan Intan di masing-masing ujung kasur nya dengan sabuk-sabuk kepunyaan Intan.

Tanpa menunggu basa-basi lagi gw kembali mencium-cium Intan. Tapi sekarang malah kaki Intan yang berontak-berontak nendangin gw.

Merasa terus dapet perlawanan dari Intan, gw pun ngiket kedua kaki Intan di ujung masing-masing kasurnya. Alhasil, sekarang Intan terbaring telentang lebar dengan kedua kaki dan tangan di ikat.

Setelah gw bisa nanganin Intan, gw dengan paksa melumat habis-habisan mulut mugnil Intan. Tapi Intan malahan menutup rapat-rapat mulutnya. Karena kesal nggak mau buka mulut nya.

Gw remes-remes aja payudaranya sampe Intan mengerit, trus langsung gw lumat bibirnya. Karena sedikit capek, gw istirahat sebentar sambil ngumpulin tenaga.

Setelah gw amatin, karena Intan terus berontak, jadi ngebuat handuknya agak naik. Karena melihat paha mulus nya Intan, gw tanpa sabar langsung ngeraba-raba pahanya Intan.

Namun Intan terus berontak dan semakin membuat handuknya ketarik keatas.

Karena gw merasa risih sama handuknya, akhirnya gw buka aja iketan handuknya yang cuma dililitin doang. Sungguh pemandangan yang sangat indah saat handuknya Intan kebuka lebar.

Badan Intan yang putih keliatan mulus banget tanpa di tutupin sehelai benangpun. Takjub akan payudara Intan yang kenyal dan sudah mengembang. Gw langsung jilat-jilat sama gw isep-isep payudara sebelah kanannya.

Dan payudara sebelah kirinyanya gw remes-remes sampe Intan ngejerit-jertit kesakitan. Kerena satu tangan gw gak ngapa-ngapain, akhirnya gw berhasil juga ngusap-ngusap vaginanya Intan.

Kemaluan Janda Ternyata Lebih Nikmat Dibanding Perawan

Saat belahan vaginanya gw belai-belai, terasa ada cairan yang keluar dari lubang vaginanya. Mungkin ini yang di sebut mani, yang waktu bikin tugas di jelasin sama Intan.

Udah puas ngejilat sama ngeremes payudaranya Intan dan sekaligus ngorek-ngorek vaginanya Intan. Sekarang gw ikut bugil bareng Intan. Abis telanjang bulet, gw sodorin penis gw ke mulut Intan.

Gw pengen ngerasain penis gw di isep-isep sama cewek. Namun Intan nggak mau ngebuka mulutnya. Karena nggak di kasih lubang atas, gw langsung mau nyoba ke lubang yang bawah.

Kemaluan Janda Ternyata Lebih Nikmat Dibanding Perawan

Pas gw gesek-gesek sama belai-belai vaginanya Intan pake penis gw. Vaginanya Intan ngeluarin cairan lagi dan membuat Intan jadi menggelinjang.

Sekarang kepala penis gw tepat di atas lubang vaginanya Intan dan siap untuk di masukkin. Pertama-tama gw paksa masukkin, tapi gak bisa masuk-masuk juga, mungkin karena vaginanya Intan yang masih kecil dan sempit.

Akhirnya gw coba buka dulu aja bibir vaginanya Intan pake tangan gw, biar penis gw lebih gampang masuknya. Tapi setelah dicoba-coba, Cuma kepala penis gw aja yang masuk ke lubang vaginanya Intan.

Pas penis gw masuk ke lubang vaginanya Intan, vagina Intan yang agak menggembunh keluar, jadi ikut ketarik masuk. Dan saat gw keluarin penis gw, vaginanya Intan ikut ketarik ke atas, menjadi menggelembung lagi.

Sekarang gw pengen nyoba masukinnya dengan sekuat tenaga, tapi ternyata masih susah juga. Akhirnya sambil gw terus berusaha, gw coba ngeremes lagi payudara Intan, biar Intan berontak dan maju-mundurin pinggang nya, biar bisa ngebantu gw masukkin penis gw ke lubang vaginanya Intan.

Dan ternyata Usaha gw sudah lumayan berhasil, sekarang hampir setengah batang penis gw sudah masuk di lubang vaginanya Intan.

Karena baru setengah batang penis gw yang masuk, gw coba ngocok penis gw di lubang vaginanya Intan biar lebih dalam lagi masuknya.

Setelah bebapa menit gw kocok batang penis gw di vaginanya Intan, Intan tiba-tiba menggelinjang dan kembali mengeluarkan cairan maninya.

Ternyata setelah cairan maninya keluar, penis gw lebih gampang masuk keluar di vaginanya Intan. Beberapa menit kemudian penis gw sudah masuk semua ke vaginanya Intan dan dapat terus mengocoknya dengan perlahan dan berirama.

Setelah penis gw leluasa masuk di vaginanya Intan. Gw nyoba untuk mompa penis gw lebih cepet dan lebih keras di vaginanya Intan.

Kurang lebih gw ngocok dengan hardcore di vagina Intan selama setengah menit. Badan Intan menggelinjang dengan hebat dan mengeluarkan cairan lebih banyak dan lebih kental.

Namun ada yang beda dengan cairan mani Intan kali ini, warnanya lebih ke merah mudaan. Oh, ya ampun. Barusan itu adalah darah perawannya Intan, dan gw baru aja ngerenggut kesucian Intan.

Karena gw ngerasa sedikit iba, dan kayanya mani gw juga udah mau keluar. Gw cabut penis gw perlahan dan ngeluarin mani gw di atas vaginanya Intan.

Pas gw bilang ke Intan kalo sekarang dia udah gak perawan lagi. Intan langsung lemes dan nangis. Sekarang gw jadi kasian sama Intan, tapi gw juga masih pengen nikmatin lagi badannya Intan. cerita seks,

Kemaluan Janda Ternyata Lebih Nikmat Dibanding Perawan

Akhirnya gw sama Intan bikin kesepakatan. Karena Intan sekarang sudah nggak perawan, di mau nerusin sex oral kami. Tapi kali ini ia ingin menikmatinya dan ingin iketan kedua tangan dan kakinya di lepas.

Dan ternyata Intan benar-benar memenuhi kesepakatan kami. Intan menjadi sangat menikmati kegiatan sex ini, tanpa ada perlawanan.

Bahkan setelah beberapa jam, Intan menjadi mahir membuatku merasakan nikmatnya dunia. Bahkan di akhir permainan sex kami, Intan menjadi sangat liar dan tidak terkendali.

Terimakasih Intan. Karena sudah mengajariku pelajaran biologi tentang sistem reproduksi manusia. Bahkan, aku juga dapat langsung mempraktekkannya.
Share:

Sunday, June 23, 2019

Aku Yang Menjadi Korban Nafsu Istriku Dan Kawannya

Pejuh Kental

Aku Yang Menjadi Korban Nafsu Istriku Dan Kawannya

Semua ini terjadi beberapa bulan berselang saat kami sedang berada dikota X, kota kelahiran istriku, kebetulan kami mempunyai rumah disana dan saat itu musim liburan anak sekolah.

Sudah beberapa hari kami berada di kota, hampir seluruh sudut kota kami sudah jelajahi dan anak anak juga sangat senang menikmati masa-masa liburannya dengan mengunjungi berbagai lokasi wisata di kota berhawa sejuk itu.

Saat itu kami sedang berada disebuah outlet ketika sebuah suara terdengar “Hey.., apa kabar ..? seorang wanita berusia sedikit diatas istriku tiba tiba setengah berteriak menegur Rani,

“Eh.., Lina..apa kabar.. kamu..” jawab istriku yang langsung menghampiri wanita itu dan mereka berpelukan.

“Pah... ingat kan..ini Lina..” kata istriku

“Tentu saja aku ingat... apa kabar..? “tanyaku sambil menyalaminya

Lina adalah sahabat istriku saat masih kuliah.., wajahnya khas sunda, tidak terlalu cantik, namun putih dan bersih, terakhir kami bertemu empat tahun yang lalu disuatu pesta di Bogor, ketika itu ia datang dengan suaminya.., lupa..aku namanya.. namun suaminya adalah seorang arsitek.

Kedua wanita lalu ngobrol entah apa yang dibicarakan namun tampak mereka bicara tak putus – putusnya, bahkan istriku nampaknya lupa kalau ia sedang berbelanja, dan akupun melangakah meninggalkan mereka dan menggandeng anak anaku meneruskan belanja kami, kubiarkan istriku melepas kerinduan dengan sahabat lamanya.

Sesaat kemudian kedua wanita itu menghampiriku dan Lina pamit mau pulang.

“Kasihan... Pah.. ia sudah bercerai dengan suaminya” kata istriku dimobil

“Lho..kok...!? tanyaku

”suaminya kawin lagi dengan wanita lain, dan ia tidak mau dimadu, ya akhirnya mereka cerai deh.. sudah 3 tahun ia menjanda” panjang lebar istriku menjelaskan

“Lalu...?” tanyaku lagi

“Ya sudah.. Lina sendiri sekarang membuka butik” jelas Istriku

Percakapan berhenti sampai disitu karena anak-anak mulai cerewet minta makan dan kamipun berhenti di sebuah restoran yang sejak dulu menjadi langganan kami.

“Pah.. Lina kusuruh kesini ya..., sebelum kita pulang, biar dia nginep disini..” istriku membuka percakapan sore itu ketika kami sedang santai di teras rumah kami yang terletak agak dibagian atas kota

“Boleh saja..” jawabku.. dan sungguh saat itu tidak ada satupun pemikiran yang aneh-aneh melintas di kepalaku, saat aku sedang melepas semua pikiran tentang pekerjaan dan benar-benar fokus untuk bersantai, lagi pula anak-anak juga tidak mau tinggal diam dirumah selalu ribut tidak karuan

Rani mengambil HP nya, setengah jam setelah ia ngobrol dengan sahabatnya itu, dan menjelang pukul 8 malam, ketika kami baru saja menyelesaikan makan malam kami, suara mobil memasuki halaman.

“Hai..” sapa Lina ketika kami menyambutnya, malam itu ia nampak segar dengan celana panjang yang mencetak bentuk pantatnya dan atasan model sekarang yang agak gombrong itu, namun sampai saat itu kembali aku belum ‘memikirkan hal yang jorok’ sama sekali..

Istriku segera menarik tangan wanita itu dan mengajaknya kedalam sementara pembantu kami membawakan barang bawaannya masuk rumah.

Pejuh Kental

Kebetulan rumah kami agak besar dan masih memiliki sebuah kamar yang tidak terpakai, dan kesitulah barang bawaan Lina diletakan.

Malam itu aku masuk kamar duluan, setelah anak anak tertidur, sementara istriku masih asyik ngobrol dengan kawannya, dan tak lama kemudian aku terlelap.

Aku merasakan ada rasa hangat dan geli yang nikmat menyadarkanku, dan aku tahu kalau mulut istriku sudah mengulum batang kemaluanku yang segera berdiri walau aku sendiri masih setengah sadar, entah kapan celanaku sudah turun sampai kelutut aku benar benar tak tahu.

Sesaat kemudian tanpa melepaskan mulutnya dari batang kemaluanku, celanaku sudah terlepas seluruhnya, dan menyusul baju lainnya.

Setelah saling mencumbu, menjilat dan bergumul, akhirnya dengan posisi diatas Rani memasukan batang kemaluanku kedalam vaginanya yang sudah hangat itu dan mulai bergoyang, mula mula perlahan semakin lama semakin cepat, sementara mulutnya berdesis seperti orang kepedasan.

“Srrrthh...” aku tak tahan lagi dan melepaskan air maniku duluan dalam vagina istriku yang masih terus bergoyang mengejar puncak kenikmatannya, dan akhirnya beberapa puluh detik kemudian istriku melenguh dan mendesis desis ketika ia menggapai klimaxnya, untung pikirku... telat sedikit saja kemaluanku sudah melemas dan bisa berabe aku kalau dia tidak berhasil mencapai klimaxnya.

Tubuh istriku ambruk diatas tubuhku, dan plop... kemaluanku terlepas dengan sendirinya, kami berciuman dan saling memeluk, yah walaupun banyak petualangan kami namun setiap kali berhubungan sex.. kami selalu berakhir sangat puas dan nilai keintiman yang ada diantara kami kalau sedang berdua sangat berbeda dibanding kalau sedang ‘bertualang’.

Kami tidak banyak bercakap malam itu, capek setelah seharian berputar putar dan belanja serta nikmatnya sex yang baru saja kami rasakan membuat kami segera terlelap dalam selimut.. berpelukan sambil telanjang bulat.

Pagi pagi aku sudah terjaga.., melihat istriku masih tidur.. aku lalu mengenakan celana pendek dan kaos oblong, masuk kamar mandi yang ada diadalam kamr, cuci muka.. lalu saat keluar keruang makan mencari kopi.

Saat melintas dapur kulihat Lina sedang asyik mengaduk kopi digelas dan ketika melihatku dia tersenyum..

Lina hanya mengenakan baju tidur yang agak tipis dan buah dadanya yang saat itu tidak menggunakan bra terbayang dengan jelas.., masih pagi.., baru bangun.. sudah melihat pemandangan seperti itu langsung saja ‘adik kecil’ diselangkangan berontak keras.

“Mas.. kopinya suka yang manis ?” tanyanya

“Lho.. kok.. mana pembantu.. masa kamu yang bikin.. ?” tanyaku agak heran juga

“Kusuruh kepasar... Lina ingin masak kalau boleh tanya Rani deh hobby Lina kan masak..” jawabnya.

Aku Yang Menjadi Korban Nafsu Istriku Dan Kawannya

Ingin kutanya ‘hobby’ nya yang lain.. tapi mengingat ia teman istriku dan aku belum diberi tanda oleh istriku aku menjaga lidahku supaya jangan nakal.

“Jangan terlalu manis.. ah.. nanti bisa diabetes..” jawabku, hampir saja kulanjutkan lebih jauh’kalau diabet bisa impoten rugi deh aku’ tapi kembali kujaga lidah ku..

Siang itu aku bersantai dikamar sementara istriku dan Lina asyik memasak.., anak anaku juga asyik dengan urusan mereka masing – masing dikamarnya

“Hey.. semuanya.. makanan sudah siap.”teriak istriku dan hawa dingin kota Surabaya serta suasana yang nyaman sungguh membuat kami menjadi sangat lapar...

Mataku sempat menelusuri tubuh Lina yang tampak sibuk mengambilkan nasi, menyipakan lauk pauk dan dengan tank top ketat, celana jeans yang dikenakannya mencetak bentuk tubuhnya, sesungguhnya wanita ini bukan wanita yang akan kita pikirkan, berusia menjelang pertengahan, wajahnya biasa saja tidak terlalu cantik, tubuhnya juga sudah tidak sekencang gadis muda.. namun kulitnya sangat putih dan bersih, dari wajah serta penampilannya serta cara bicaranya terlihat jelas kalau ia bukan ‘petualang’, dan yang agak ‘mengganggu’ pemikiranku adalah sudah 3 tahun bercerai..’jangan jangan sudah rapat kembali vaginanya’

Pepes ikan mas, sayur asam, sambal dan ayam goreng yang nikmat dalam waktu singkat bersih tandas dan beberapa saat kemudian aku sudah terbuai dalam mimpi, entah apa yang diperbuat istriku, sahabatnya dan anak anak sudah tidak kupedulikan lagi.

Setelah mandi sore kami menyempatkan diri pergi ke mall, beli jagung bakar, makan malam dan menjelang Pukul 22.00 malam kami sudah kembali kerumah anak – anak langsung masuk kamar dan sesaat kemudian suasana sudah sepi...

Aku sedang membaca dikamar ketika istriku masuk dan duduk disampingku, dengan wajah yang berbinar-binar ia berkata “Pa.. menurut papa Lina bagaimana..?” tanyannya dengan tiba tiba.

“Bagaimana apanya..?”tanyaku

“Ah.. mama kan melihat papa memperhatikan tubuh Lina, waktu makan siang tadi, Minat?” lanjut istriku

“Mmmmm... bukan gitu” lalu kusampaikan isi pemikiranku siang tadi dan istriku mencubitku “buktikan mau ? lubangnya masih ada atau nggak..? jawab Rani. “Hm...tapi kan dia teman mama dan belum tentu memahami gaya hidup kita” jawabku, langsung saja ada yang terasa bergerak diantara pahaku..’kalau iya lumayan kan...’pikirku

Sudah terlalu lama istriku mengenal diriku kali ini dia yang menjadi ‘pengatur laku’ “sudah..pokoknya papa..nurut saja. ya nggak rugi deh” lalu sambil mencium pipiku ia beranjak keluar kamar..

Aku mencoba kembali ke bacaanku, namun konsentrasi ku sudah buyar..

Sekitar lima belas menit kemudian pintu kamar terbuka dan masuklah istriku serta Lina yang sudah berganti pakaian dengan daster, wajahnya tampak segar dengan rambut diikat kebelakang sementara dadanya tampak menggantung lepas.. sayang daster batik yang dikenakannya agak tebal.. sehingga tidak ada bayangan yang timbul didadanya.

Pejuh Kental

“Ngobrol disini saja ya Lin.., pa boleh kan Lina ngobrol dulu disini ..?,” pembantu belum tidur lagi nonton TV, dikamar Lina nggak enak, nggak ada Exhaust Van nya..”, memang terkadang istriku merokok, terbayang kan kalau asap rokok tidak dikamar tidak bisa keluar..?

“Walau awalnya agak canggung namun sebentar saja pembicaraan kami sudah relax, Rani duduk disisiku dan kami duduk diranjang bersandar santai, sementara Lina duduk diujung ranjang.., kami ngobrol segala hal sampai suatu saat istriku bertanya..(aku yakin dia sudah bertanya sebelumnya.. tapi diulangi lagi untuk ku),

“Lin.. kalau boleh tahu.. kamu kan sudah pisah 3 tahun sama mantan mu.., nah kalau ‘kepingin.. itu..’ bagaimana kamu mengatasinya..? tanpa tedeng aling-aling Rani bertanya yang membuat wajah Lina langsung merah bagi kepiting rebus.

“Yah.. gitu deh., udah ah.... kok nanyain yang begituan sih..” jawab agak tersipu.

Tiba tiba Rani bangkit, lalu mengambil lap top yang biasa kugunakan, meletakannya dipangkuannya dan menyalakannya serta memanggil Lina untuk mendekat..

Aku hanya memperhatikan apa yang dilakukan istriku walau aku tahu apa yang ada dipikrannya, sekejab kemudian terdengar suara Lina berteriak kecil ”Ih.. gila ya kamu...” sambil melirik kearahku.

Berkali kali terdengar jerit tertahan Lina saat melihat apa yang tersaji di laptop ku, ya..kumpulan gambar photo ‘petualangan’ kami yang bermacam occasion yang sudah ku capai dalam suatu album, ada yang istriku sedang ‘dikeroyok’, ada yang sedang swinging dengan pasangan lain dan macam-macam lainnya.

“Sebentar ya..” kata Rani yang lalu beranjak ke kamar mandi Lina tidak menjawab namun matanya terus menatap layar laptop dengan wajah yang berubah ubah.. antara percaya dan tidak.. antara ingin tahu dan tertarik.. ia masih asyik menscroll gambar gambar itu dan Rani yang sudah kembali duduk didekatku tangannya langsung menyusup kedalam celana pendek yang kukenakan.

Istriku lalu merangkul leherku, mencium bibirku.. lidah kami saling bertautan dan tangannya dengan nakal memainkan kemaluanku yang masih tersimpan didalam celana pendek yang kukenakan beberapa saat kemudian celana yang kukenakan sudah terlepas..

Ketika Rani menengok ia terpana.. karena saat itu istriku sedang asyik menjilat dan menghisap batang kemaluanku dan ketika istriku melihat bahwa sahabatnya memperhatikan nya ia menghentikan gerakannya dan memberi tanda agar mendekat dan entah sadar atau tidak Lina langsung mendekati kami duduk disamping tempat tidur.

Tiba –tiba istriku menarik tangan Lina dan meletakannya di batang kemaluan ku yang sudah mengeras.

Tangan yang terasa dingin bertemu dengan batang kemaluan yang sangat panas memberikan sensasi padaku dan benar seperti kata istriku..  Lina sudah terlalu lama tidak menyentuh laki laki.., sesaat kemudian dua mulut mungil menjadikan batang kemaluanku sebagai ‘mainan’, saat Lina menghisap kepala kemaluanku istriku menjilati bijiku dan begitu bolak balik kujulurkan tanganku kutarik Lina agar merayap keatas dan sesaat kemudian bibirnya sudah berpagutan dengan bibirku.

Pejuh Kental

Ketika dasternya kulepas.. buah dadanya terpampang jelas puting susunya lebih besar dari istriku merah agak kehitaman, kontras dengan kulit putihnya..., dan walau sudahtidak terlalu padat dan agak turun sedikit namun asyik juga.

Mulutku melumat puting susu yang sudah mengeras itu dan tanganku menyusup ke bawah pusarnya.. terasa selangkangan yang lembab agak basah dengan bulu bulu yang cukup lebat.

Istriku yang mengerti apa yang kuinginkan, menghentikan gerakannya menjilati kemaluanku.. lalu memberi kesempatan padaku untuk mengubah posisi.

Kubaringkan Lina telentang dan seera kucium bibirnya lalu perlahan jilatanku merambat turun lehernya, pundaknya dan buah dadanya ganti berganti kujilati dan kuhisap putingnya sementara ia hanya memejamkan mata mengerang lirih..

Lidahku turun terus kebawah dan ketika sampai di perutnya ia mulai menggelinjang kuambil bantal.. kuminta ia mengganjal pinggulnya dan kini aku mulai konsentrasi pada vagina yang merekah membasah itu.

Aku Yang Menjadi Korban Nafsu Istriku Dan Kawannya

Dengan kedua tanganku kusibak bulu bulu di area itu kubuka vaginanya dan lidahku mulai menari nari di klitorisnya.., sesekali menerobos masuk dan kembali menjilat, menghisap dan menjilat..

Rani yang rupanya tidak tahan dari belakang juga ‘menyerang’ku.

“Ssshh... aahhh sudah nggak tahan..” sesekali kepalaku dijepitnya dengan pahanya dan aku mengerti sudah terlalu lama ia ‘haus’ maka ketika aku menyudahi permainan lidahku dan merayap naik ketas tubuhnya dengan serta merat tangannya menyambut dan memelukku, dan setelah batang kemaluanku terarah tepat dengan perlahan mulai kubenamkan Lina mengerang kenikmatan. membuka pahanya semakin lebar, setelah kepala kemaluanku masuk dengan satu hentakan yang diiringi desahan keras dari wanita ini kubenamkan batang kemaluanku hingga habis.

Kubiarkan sesaat kemaluanku terendam dalam vagina yang sangat hangat namun ‘legit’ itu, memang sih kelebihan wanita umumnya bisa membuat vaginanya enak tidak kering agak basah sedikit, tapi legit atau mungkin pengaruh suka makan lalaban? dan baru kemudian kutarik sedikit lalu kubenamkan lagi demikian berulang – ulang.. sementara Lina memeluk dan kakinya bahkan melingkari pinggangku..

Tiba kurasakan sensasi lain wah.. ternyata istriku mengusap dan memegangi bijiku saat batang kemaluanku bergerak memompa naik turun di vagina Lina, bahkan sesat kemudian bukan lagi usapan yang kurasakan namun... jilatan... gila... rasa nikmat yang luar biasa menyerangku, batang kemlauanku terbenam dijepit kemaluan Lina dan lidah Rani menjilati bijiku.. sesekali batangku terjilat saat tertarik keluaar..

Aku tahu kalau begini terus tidak lama lagi pasti tumbang..  maka, ku rubah posisi, tanpa melepaskan batang kemaluanku dari vaginanya , kubalik posisi hingga Lina kini diatasku, kini aku punya ‘mainan’ tambahan’, buah dada yang bergoyang dan menggayut diatasku dengan leluasa kuremas.., sesekali putingnya kuhisap.., disisi lain istriku juga jadi lebih leluasa ‘menggarap’ kemaluan ku yang sedang menyatu dalam vagina sahabatnya itu.

Lina mulai bergerak teratur.. mungkin terlalu lama tidak merasakan kemaluan laki laki membuatnya tidak tahan terlalu lama.. ia naik turun diatasku dengan teratur semakin lama semakin cepat.. kemaluannya mulai menghangat dan aku ‘membantunya’ dengan menghisap puting susunya dan akhirnya dengan satu teriakan tertahan ia melemparkan kepalanya kebelakang mencengkeram pundaku dan mendesah lirih... ”Aghh..ssss...hhhh.... aduh.. keluar...” lalu ia ambruk diatas dadaku.

Kucium bibirnya dan dengan perlahan ia kurebahkan kesamping.., sesungguhnya aku yakin akalu kuteruskan sedikit lagi ia masih bisa menggapai satu klimax lagi walau tidak sedahsyat yang barusan namun aku juga tahu kalau istriku sudah menanti gilirannya

Kusuruh Rani menungging dan dari belakang batang kemaluanku yang masih basah kuyup dangn lendir Lina menerobos memasuki lubang vagina istriku yang juga sudah basah daritadi.

Pejuh Kental

Kami sudah mengenal satu dengan lain sangat baik maka irama yang berkembang sudah dalam kontrol kami dan karena desakan di bijiku sudah sedemikian mendesak kuberi tanda pada Rani untuk meningkatkan ‘speed’ dan akhirnya.. srrrrtt... creeet.. air maniku menyembur deras mengisi vagina istriku sementara istriku juga mencapai klimax pada saat yang sama dan mendesah desah dengan keras.

Cukup lama kami terdiam dan berpelukan bertiga dalam keadaan telanjang, ganti berganti kedua wanita itu mencium bibirku dan tangan mereka mengelus serta mengusap ngusap kemaluanku yang masih basah itu..., namun juga masih susut.

Belum terlalu rasanya beristirahat Lina sudah mulah memainkan kembali mulutnya di selangkanganku sementara Rani berjongkok diatas wajahku dan lidahku langsung saja menerobos masuk ke lubang vaginanya.., vagina istriku walau sudah banyak yang ‘menikmati’ namun tetap terawat dan terasa nikmat.. juga klitorisnya masih tetap mungil kemerahan. Sekitar beberapa menit kami dalam posisi itu sebelum berbalik kini kembali aku diatas Lina yang dengan melebarkan kakinya menerima kemaluanku dan Rani memelukku dari belakang menjilati leher dan belakang telingaku kadang lidahnya turun ke bawah hingga ke belahan pantatku..

Aku menggenjot Lina yang terlentang dibawah tubuhku dengan teratur dan pada irama yang tetap, bibir kami saling bertemu dalam ciuman yang panas istriku mengelus dan mengusap usap bijiku yang memberikan sensasi nikmat dan seperti tadi Lina yang masih haus itu kembali mencapai klimax duluan.. ”Mas.. ah.. ugh... cepet.. cepetinn... aduh.. enaaaak..” dan setelah seluruh tubuhnya menegang ia tergolek lemas, aku berhenti sebentar tanpa mencabut kemaluanku yang masih terbenam dalam vagina yang berdenyut denyut itu dan semenit kemudian mulai lagi kugerakan maju mundur secara teratur.. ”Ah.. geli.. lagii..”

Lina merintih dan mendesah.. namun aku meneruskan gerakanku dengan cepat mengejar ejakulasi kedua yang ingin kugapai dan “Aduh.. keluar.. lagi.. ah..” dan istriku juga semakin giat mengusap dan meremas bijiku dan ketika aku merasa tak tahan lagi kucabut kemaluanku dari vagina Lina dan istriku segera membuka mulutnya menerima kemaluanku yang basah penuh lendir itu.

Tidak sampai dua menit, aku setengah menjambak rambutnya menembakan air maniku dalam mulut Rani yang tanpa ragu langsung menelannya.,

Setelah melemas, kemaluanku dilepas dari mulutnya namun bukan berarti berhenti karena lidahnya masih terus menjilati hingga batang kemaluanku bersih dari cairan.

Sekali ini aku perlu waktu setengah jam untuk dapat ‘bangkit’ kembali.... dan setengah jam lebih dikocok dalam vagina Rani untuk kemudian melepaskan isinya yang sudah semakin sedikit dalam vagina yang sejak awal ‘belum sempat diisi’ air maniku

Entah jam berapa Lina kembali ke kamarnya karena saat aku berada dalam pelukannya dengan wajahku terbenam diantara buah dadanya aku terlelap.

Saat terjaga paginya aku diberi ciuman yang amat manis dari istriku sambil berbisik ”Lina bilang terima kasih, punya papa jauh lebih enak dari mantannya dulu katanya..” aku hanya tersenyum karena benar benar merasa ‘habis..’, terkuras energi dan air maniku..,

Hampir tengah hari baru aku beranjak dari tempat tidur setelah anak anak ribut tidak karuan mengajak pergi keluar.
Share:

tengah

Klikbola88
Copyright © Pejuh Kental | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com